Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Kisah ini dipaparkan oleh Syaik abdul Aziz bin Abdul Kariem Al-Aql dalam salah satu ceramahnya yang berjudul "kisah dan pelajaran"
Syaikh Abdul Aziz menuturkan, "Di antara kisah (misteri jodoh) yang pernah saya ketahui adalah seorang pria dari kerabat saya yang hafal Qur'an dan shalih.
Ia orang yang dikenal rajin bersilaturahim, teguh pendirian agamanya dan selalu taat pada Allah dan dia seorang yang buta.
Suatu hari dia bertanya kepada saya,
"Ananda, ---waktu itu saya berumur 17 tahun--- , kenapa kamu belum menikah ?"
"Hingga Allah memberi saya rizki" jawab saya.
"Ananda, bersikap jujurlah pada Allah, ketuklah pintu Allah dan berharap pintu kelapangan akan terbuka." Ungkapnya.
Ia melanjutkan nasihatnya, "Duduklah ananda, aku akan menceritakan kepadamu, apa yang pernah aku alami dulu".
Ia diam sejenak, lalu melanjutkan kisahnya,
"Aku dulu benar-benar miskin. Ayah dan ibu ku juga orang miskin. Kami semua sangat miskin.
Aku sendiri semenjak dilahirkan sudah buta, pendek dan jelek. Segala sifat yang tidak disukai wanita ada padaku.
Kemudian aku sangat menginginkan seorang wanita, akan tetapi hanya kepada Allah aku curahkan segala perasaan hatiku. Dengan kondisiku yang seperti ini, akan sulit rasanya untuk mendapatkan seorang isteri.
Akupun mendatangi ayahku kemudian mengutarakan keinginanku,
"Ayahanda, aku ingin menikah."
kontan ayahku tertawa. Aku memahami bahwa derai tawa ayahku adalah isyarat agar aku berputus asa dan melupakan keinginanku untuk segera menikah. Bahkan ayahku bertanya,
"Apakah engkau gila nak ? Siapa yang mau mengambilmu sebagai menantu ? Kamu buta, kemudian keluarga kita sangat miskin. Sadarlah nak. Tidak ada jalan untuk itu."
Kemudian aku pergi menemui ibuku, mengadukan hal ini. Aku berharap, barangkali ibu bisa membujuk ayahku. Tapi, nyaris saja aku menangis ketika ibu mengucapkan nasihatnya,
"Ananda, kamu mau menikah ?Apakah kamu tidak waras, nakSiapa wanita yang mau sama kamu ?Darimana kamu mendapatkan harta ?
Kamu tahu, bahwa kita semuanya sangat membutuhkan sedikit harta untuk bertahan hidup. Kamu juga harus tahu bahwa hutang kita menumpuk, nak"
aku tidak berputus asa. Aku ulangi upayaku itu sedemikian rupa kepada ayah dan ibuku. Akan tetapi keputusannya tetap tidak berubah.
Pada suatu malam, aku berkata dalam hati, "Mengapa aku tidak mengadukan hal ini kepada Allah ? Mengapa hanya meminta pada ayah dan ibuku yang memang tidak mampu apa-apa ?
Maka kuangkat tanganku memohon kepada Allah,
" Ya Allah, mereka mengatakan kalau aku miskin, padahal Engkaulah yang membuat aku miskin.
Mereka mengatakan bahwa aku buta, padahal Engkaulah yang menciptakanku
Ya Allah, Engkaulah Rabbku, tidak ada yang berhak diibadahi selain Engkau.
Engkau Maha Mengetahui apa yang ada dalam jiwaku.
Engkau Maha Mengetahui keinginanku untuk menikah dan aku tiada daya akan hal itu.
Ya Allah, orang tuaku memang tak mampu, Tapi Engkau adalah Yang Mulia Lagi Maha Perkasa, tidak terkalahkan oleh apapun.
Ya Allah, anugerahkan istri yang penuh berkah, shalihah dan cantik jelita yang menyenangkan hatiku dan menenangkan jiwaku."
Aku berdoa sambil kedua mataku mengucurkan air mata dan hatiku meratap tangis, merendah di hadapan Allah.
Karena aku shalat malam di awal waktu, maka akupun mengantuk dan tertidur. Dalam tidur, aku bermimpi berada disebuah tempat yang sangat panas, seperti ada kobaran api yang sangat dahsyat.
Tidak berapa lama, aku melihat ada sebuah kemah yang turun dari langit. Kemah yang sangat indah dan mempesona, belum pernah aku melihat kemah seperti itu sebelumnya. Hingga kemah turun di atasku dan bahkan memayungiku.
Bersamaan dengan itu, ada hawa dingin yang aku tidak mampu kuceritakan bagaimana rasanya, karena benar-benar membawa kedamaian, hingga aku terbangun karena kedinginan setelah sebelumnya merasa udara panas yang amat sangat.
Aku terbangun dan perasaanku sangat senang dengan mimpi tersebut. Di pagi buta aku menemui seorang ulama yang mampu menakwilkan mimpi.
Setelah aku menceritakan mimpi itu, ulama tersebut berkata,
"Ananda, apakah engkau sudah menikah ? Kalau belum, mengapa kamu tidak menikah ?"
"Belum, demi Allah saya belum menikah" jawabku.
"Mengapa engkau tidak menikah ?" tanyanya, lagi.
"Demi Allah, ya syaikh, seperti engkau ketahui aku adalah orang buta lagi miskin serta buruk rupa." keluhku.
"Ananda, apakah tadi malam engkau mengetuk pintu Rabbmu ?" Tanyanya lagi.
"Ya, aku mengetuk pintu Rabbku." Jawabku.
Syaikh itu berkata,
"Pergilah ananda, perhatikanlah gadis yang paling cantik dalam benakmu dan pinanglah, karena pintu itu telah terbuka untukmu.
Ambilah yang terbaik dari yang ada dalam dirimu dan janganlah merasa rendah dengan mengatakan, "Aku adalah seorang yang buta, maka aku akan mencari wanita yang buta pula. Kalaupun tidak buta, maka cukup yang begini, yang bigitu."
Tetapi perhatikanlah gadis yang terbaik, karena pintu itu telah dibuka untukmu."
setelah aku berpikir, aku memilih gadis yang dikenal sebagai gadis yang paling cantik di daerah itu di samping memiliki nasab dan keluarga terhormat.
Maka akupun mendatangi ayah. Kukatakan kepada beliau, barangkali beliau mau pergi menemui mereka untuk melamarkan meminang gadis itu untukku.
Tapi ayahku menolak dengan keras. Dia benar-benar tidak setuju, mengingat wajahku yang buruk dan betapa miskinnya aku, apalagi gadis yang kuinginkan adalah gadis yang paling cantik di daerah itu.
Maka akupun pergi sendiri.
Aku bertamu pada keluarga itu, mengucapkan salam kepada mereka dan mengatakan keinginanku kepada orang tuannya.
"Saya menginginkan fulanah (maksudku putrinya)."
"Kamu menginginkan putriku ?" Tanya mereka.
" Ya, benar." Jawabku.
"Demi Allah, ahlan wa sahlan, putra fulan. Selamat datang wahai pembawa Al-Qur'an. Demi Allah, ananda, kami tidak mendapatkan laki-laki yang lebih baik darimu. Akan tetapi aku berharap agar putriku mau menerimanya."
kemudian ia pergi menemui putrinya dan mengatakan, "Wahai putriku. Ini fulan datang meminangmu. Memang dia buta, tetapi dia hafal Al-Qur'an. Dia menyimpan Al-Qur'an dalam dadanya. Kalau engkau rela ia menjadi suamimu, maka bertawakallah kepada Allah".
Sang putripun menjawab, "Ayahanda, kalau itu sudah menjadi pendapatmu, aku tidak memiliki pilihan lain. Aku bertawakal kepada Allah."
selang sepekan kemudian, wanita cantik itupun menjadi istri bagi si buta yang miskin, dengan taufik Allah dan kemudahan dari-NYA, juga karena keutamaan Al-Qur'an. Alhamdulillah." Demikian, orang itu mengakhiri kisahnya.
Demikian pula, berakhir penuturan Syaikh Abdul Aziz.