Tuesday, 11 December 2012

fakta bicara

Biar fakta yg bicara siapa gusdur 2



Selingkuh Paling Heboh

Setelah Soekarno (BK), Presiden yang paling menghebohkan skandal seksnya adalah Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Namun demikian GD belum bisa menandingi BK setidaknya dari segi jumlah. Ketika kasus perzinahan Presiden RI ke-4 ini terkuak, publik mengira hanya Aryanti satu-satunya partner zinahnya. Ternyata tidak. Aryanti sendiri pernah memergoki GD sedang memeluk seorang wanita di kantor PBNU, yang diakui sebagai ‘adiknya’ bernama Puteri, isteri seorang pilot.

Nama lain, Siti Farikha janda dari Desa Angin-angin, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang kebagian kucuran dana Rp 5 miliar dalam kasus korupsi dana Yayasan Karyawan Bulog. Masih ada sejumlah nama lain yang bisa diungkap. Namun yang paling heboh adalah Aryanti.

Pada Mei 1995, Aryanti berkenalan dengan Haji Sulaiman di Arab Saudi. Beberapa bulan kemudian, Aryanti dikenalkan kepada GD. Mereka lantas makan sate.

Sejak itu mereka sering berkomunikasi via telepon. Lima bulan kemudian, Oktober 1995, Aryanti dan anak perempuannya, bersama Haji Sulaiman dan Gus Dur pergi ke Bali menginap di rumah Ibu Gedong Bagus Oka. Di sini terjadi hubungan intim yang pertama. Awalnya Aryanti menolak, karena belum dinikahi GD, apalagi ia masih terikat pernikahan dengan M. Yanur. Ketika itu Gus Dur bilang, “ Nggak apa-apa, nanti kita tobat.

Pertemuan intim selanjutnya berlangsung di Putri Duyung Cottages (Ancol, Jakarta Utara), Hotel Equatorial (Tanah Abang, Jakarta Pusat), Hotel Horison Bekasi, dan paling sering di Hotel Harco (jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat). Menurut pengakuan Aryanti, Hotel Harco sudah seperti rumah sendiri. Selain itu, Hotel Harco juga dekat dengan kantor GD. “ Kadang-kadang saya disuruh booking dari rumah. Begitu saya sampai di sana, dia jalan saja dari kantornya. Tapi, kadang-kadang pak Sulaiman suka ngantar ke situ.” Begitulah pengakuan Aryanti yang diungkap di depan para wakil rakyat di Gedung DPR RI sebagaimana dilaporkan media massa.

Pada 22 Oktober 1996, Aryanti bercerai dengan suami keduanya, M. Yanur. Setelah itu, Aryanti makin sering bertemu dengan GD. Pada 1997, Aryanti memergoki Gus Dur sedang memeluk seorang perempuan muda di kantor PBNU. Sejak itu hubungan Aryanti dengan GD mulai renggang. GD mulai banyak menolak bertemu Aryanti. Lama-lama hubungan terputus. Apalagi setelah GD terserang stroke yang pertama kali, Oktober 1997, GD-Aryanti tak lagi berhubungan. Bahkan hubungan per telepon pun tidak lagi terjalin. Dua tahun kemudian, Oktober 1999, Gus Dur dilantik menjadi presiden keempat. Ketika Gus Dur dilantik jadi presiden, dan ditayangkan di televisi, salah seorang tetangga Aryanti ada yang menelepon dan mengucapkan selamat. “ Selamet nih mantan istri presiden.

Bagi yang tidak pernah mengenal lika-liku selingkuh alias zinah, pendirian dan perilaku GD tentu sangat aneh dan musykil. Pada saat ia sedang menjadi pemimpin sebuah ormas keagamaan, di tempat yang sama dan pada saat bersamaan ia melakukan perbuatan yang dilarang agama. Mungkin GD adalah uswah sayyiah (contoh buruk) paling sempurna dari konsep sekular versi Ulil Abshar Abdalla (keponakan GD), tentang demokrasi sebagai wadah bersatunya energi keshalihan dengan energi kemaksiatan sekaligus. GD merupakan contoh sempurna dari manusia penganut sepilis (sekularis, pluralis dan liberalis).

Tentu tidak hanya pendirian dan perilaku GD yang terlihat aneh. Yang juga terasa musykil justru sikap dan pendirian para kyai di sekitarnya. Dulu, Subchan ZE yang ketika itu menjabat sebagai Ketua I PBNU dan mantan wakil Ketua MPRS, pernah diskors dari jabatannya sampai dua kali, karena ditemukan sebuah foto yang mengambarkan ia sedang berdansa di suatu tempat. Juga, komunitas NU pernah menggembosi PPP di tahun 1987, dengan mempublikasikan dan mengeksploitasi foto Husen Naro anak Jailani (John) Naro Ketua PPP yang sedang ajojing (berjoget) di sebuah diskotik. Penggembosan itu mujarab: perolehan suara PPP merosot tajam.

Anehnya, istri GD, Shinta Nuriyah termasuk pennetang keras poligami. Ketika foto Gus Dur sedang memangku Aryanti dipublikasikan media massa, bukannya GD yang dicaci-maki, malah dibela mati-matian. Salah satu pembela GD adalah KH Cholil Bisri (sekarang sudah meninggal). Ketika diwawancarai majalah Panji Masyarakat edisi 13 September 2000, Cholil Bisri tidak saja menganggap perzinahan GD-Aryanti merupakan isapan jempol belaka, ia juga mengatakan, “Kalau foto pangku-pangkuan tidak mesti zina…

Parahnya lagi, Cholil Bisri yang gemar merokok ini justru menghakimi pihak yang menyebarkan foto GD sebagai pihak yang berdosa. Sedangkan GD, bila sudah bertobat, maka menurut Cholil, “ … ya seperti orang tidak punya dosa…” Cholil kala itu menduga, pelaku penyebaran foto GD-Aryanti adalah orang-orang PAN dan PPP. Bahkan ia berkata, “… Kalau aku sih, tak santet kabeh orang-orang itu…

Astaghfirullah … Demi membela perzinahan GD, Cholil Bisri tidak sungkan-sungkan mengumpat dengan ucapan yang disenangi syaithan dan sangat dibenci Allah. Benar-benar kesetanan

No comments: