Sunday 26 February 2012

pesan untuk laki-laki

Pesan untukmu Wahai Lelaki : - Jangan pikat wanita kalau anda tak bersedia cintakan dia. - Jangan buat wanita itu jatuh cinta kalau anda tak cintakan dia. - Jangan memberi wanita harapankalau anda tidak pasti. - Jangan sakitkan hati wanita kalau anda tiada hati untuknya. - Jangan mainkan perasaan wanita kalau anda tiada perasaan untuknya. - HARAM jika jadikan wanita itu kekasih tetapi tiada niat untuk nikahinya Pesan dari: (Ustadz Azhar Idrus )

Thursday 23 February 2012

izinkan aku menikah tanpa pacaran

Izinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran hey pria.. sudah berapa bnyak wanita yg hatinya kau isi dng harapan2 lalu begitu sj kau campakan.. ??? hey gadis. knp harus menangis.. dan bilang cwokmu sadis.. tak usah salahkan siapa2,, salahkan dirimu saja.. knp berani bermain cinta kalau takut menderita... lihatlah mereka para muslimah yg terjaga.. mereka tak bermain cintabkn krn takut sengsara.. tp krn takut dosa dan berkuranglah rasacinta kpd-Nya,,, Lihatlah disana, ikhwan yang bertaqwa.. Mereka tak mengobral cinta, karena menjaga iman saudarinya... Jika masing2 manusia telah di ciptakan berpasang2an.. utk apa kita harus khawatir tak kebagian..^__^ Jika jodoh kita telah di tentukan.. kenapa harus nodai cinta yg fitrahmenjd fitnah dng pacaran.. ^__^ Jika belum siap menjemput jodoh.. ckuplah berusaha dng perbaikan akhlak dan do'a.. Jika telah siap menjemput jodoh, ikhtiarlah dengan jalan yang diridhai-Nya agar mendapatkan jodoh yg di ridhoi-Nya.. Menikah Full barakah aamiin^__^ (

Sunday 19 February 2012

download lagu "shoutul harokah"

download lagu ideologis "shoutul khilafah"

tips bertengkar dalam keluarga

Tips Bertengkar yang Islami (suami-istri) Oleh : Mukhlis Keluarga Samara. Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata Illaa billah. Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah bahwa hingga hari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal vonis, sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (QS.21:35), hanya jadwal eksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, tadi pagi, dan saya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, harus kita maksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: membangun sinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, suami dgn isteri. Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: “Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya !” Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila sering menikmati sa’at-sa’at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati lagi sa’at sa’at tidak bertengkar Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi. Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga kami dalam melangsung kan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya jalani selama 13 tahun, dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik daripada sebelum terjadi pertengkaran. Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong jangan tergesa-gesa menghapusnya Ketika saya dan si pencuri [hati saya] — eh enggak koq dia tidak curi hati saya, malah saya kasikan dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus–awal bertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia berbagi masa depan dengan saya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap, kami mulai membicarakan seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar maka : 1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama’ah. Cukup seorang saja yang marah-marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama’ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata “STOP” ini giliran saya ! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : “kamu makin cantik kalau marah,makin energik …” Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi… “duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu …..” Demikian juga kalau pas kena giliran saya “yang olah raga otot muka”, saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama’ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama’ah selain marah 2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa. Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya. (sampai hari ini, biaya pernikahan saya masih harus terus saya cicil, sayangkan kalau di delete begitu saja… Kalau saya terlambat pulang dan ia marah,maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah “ungkapan rindu yang keras”. Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh. Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah,maka itu adalah “harapan ingin disayangi lebih tinggi”. Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan “Sudah tidak suka lagi ya dengan saya”,maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups saya telah membunuhnya, membunuh cintanya. Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah …. OK, marahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini ….. 3. Kalau marah jangan bawa bawa keluarga ! Saya dengan isteri saya terikat masa 13 tahun, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir dua kali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40). Saya tidak akan terpantik marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah “awal cinta yang panas ini”. Kata ayah saya : “Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak”. Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari ma’afnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..”. Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usyah ditambah tambah dengan memusuhi mertua ! 4. Kalau marah jangan di depan anak anak ! Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu ‘kan bapak saya. Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar : Ibu : “Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu ?!!!” Bapak : “Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda ????!!!! Anak : “…… Yaaa …ibu saya babu, bapak saya kuda ….. terus saya ini apa ?” Kita harus berani berkata : “Hentikan pertengkaran !” ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata basi hati kita ??? 5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat ! Pada setiap tahiyyat kita berkata : “Assalaa-mu ‘alaynaa wa ‘alaa ‘ibaadil-ahissholiihiin” Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh …. Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai Nya, padahal nyawamu ditangan Nya. OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi ….. Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya … Atau habis isya sebatas …. ??? Nnngg .. Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar … 6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema’afkan (Hikmah yang ini saya dapat belakangan, ketika baca di koran resensi sebuah film). Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah “proses belajar untuk mencintai lebih intens” Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki. Ini saja, semoga bermanfa’at, “Dengan ucapan syahadat itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia dibatasi”. Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar. kiriman bang muchlis … (www.keluarga-samara.com)

DOWNLOAD LAGU TUFAIL AL GHIFARI

Saturday 18 February 2012

anak gaul

..**Anak Gaul Jaman 2012**.. Posted on Saturday, February 18, 2012 by Khoirunnisa Syahidah in Labels: Ikhwan, Muslimah, Remaja 01. semua bermula saat sy harus ngisi kajian di seberang mal kelapa gading, waktu tunjuk pk 5, masih 3 jam sebelum waktu yg dijanjikan 02. parkir didepan resto ayam cepat saji, berharap bisa pejamkan mata barang sekejap, membunuh lelah sebelum ia ganti membunuh saya 03. saat mata hendak terpejam, pemandangan lain mengganggu saya, 2 cewek tanggung, entah berapa usianya, 14-an tapi dandanan 25-an, mengecoh 04. eyeliner tebel plus bulumata palsu, bedak pipi menor dan balutan superketat, dan yang paling fenomenal, rokok tersangkut di bibir 05. masya Allah, jelas mereka Muslimah, tapi kelakuannya "kayak enggak" aja, cuek bebek, tak peduli tingkah-polah mereka yang tak wajar 06. saat saya perhatikan lebih lanjut, innalillah, ternyata sayalah yang tak wajar, disekeliling mereka terhampat abege dgn penampakan sama 07. dandanan super stylish, sebagian make-up gaya korea walau wajah salatiga, malah salasemua, BB di tangan kanan dan rokok di tangan kiri, klop 08. anak gaul katanya, geol juga bisa, teenagers masa kini, kaya gaya miskin prestasi, apalagi akhlak, amboi jauh nian 09. HP boleh android yg lambang robot tapi otak lemot, pegang i-pad dengan gaya super sibuk padahal cuma update fesbuk, atau main gim 10. kalo sms susah dibaca, pake hURuf bEsAr KeCIl, atau p4k3 4ngk4, bikin susah baca, bikin pusink q ja, ea gak?!#@*& 11. foto ava-nya ambil dari atas (self-take), trus pake cahaya menyilaukan, wajah dimanis-manisin, atau di-imut-imutin ky marmut, semua demi gaya 12. kalo nggak ava nya pake poto bintang korea, namanya pake Lee, Jung, Park, Dong, Tong, Sam, Pah, dll, gak percaya sama muka sendiri 13. mereka bilang mereka gen-milenium, ada yang bilang mereka cowok-cewek metroseksual, saya kaya mereka alay, lebay adalah motto hidupnya 14. ahh.. pikiran saya rewind ke masa lalu, di masa jahiliyah, kami juga punya definisi gaul, trendy, anak nongkrong anak lebay 90-an :D 15. thn 90-an anak gaul ditandai dengan anting di kuping kiri, karna kanan katanya banci (eh, btw, siapa yg buat konsensus itu ya?) 16. rambut belah tengah (masa itu andi lau dan aaron kwok lagi ngetop) dan dicet warna-warni, itulah 'gaul;' thn 90 17. tangan kiri biasanya mereka pake gelang (pemberian cewek), yang paling banyak berarti dia paling flamboyan, sekali lagi itu jaman dulu 18. biasanya kemana-mana ngerokok, sama kayak jaman skarang, katanya tanda dewasa, jantan, keren, koboi gitu loh! 19. jaman itu, pake baju pun yang serem2, biar dibilang punk, emo, gambarnya yg serem kyk tengkorak, narkoba, kuburan dan semacamnya lah 20. kata di kaosnya juga serem, ada tulisannya "NERAKA JAHANNAM" atau "KERAK NERAKA", kemarin malah sy baru nemu tulisan "FIRST IN HELL" swt -_- 21. pas ketemu sy bilangin "mas saya doakan semoga doa mas yang ditulis di baju itu segera terkabul" zzz22. yang paling ngeri, tangan kanan biasanya tatoan, gambar tengkorak gigit mawar merah, dibawahnya tulisan "I LOVE MAMA" 23. saat itu ketika masih jahiliyah, ada 2 pertanyaan yang mau saya tanyakan pada semua anak gaul ini, 2 saja 24. "bagaimana perasaan ibumu yg susah payah mengandungmu 9 bulan? sukakah mereka melihat keadaanmu, sayang?" 25. "bagaimana bila satu saat engkau memiliki putra/putri yang melihatmu begini? sukakah engkau, sayang?" 26. hidup adalah pilihan, hak kalian pula sependapat atau tidak, ini cuma tanda sayang dari orang yang mungkin sebentar lagi mau mati 27. Allah ingatkan "wa in ahsantum, ahsantum li anfusikum" >> kalo berlaku baik, maka baik itu untuk kita sendir i28. Allah tambahkan "wa in asa'tum, falahaa" >> dan keburukan itu untuk dirimu sendiri (QS 17:7) hidupmu adalah pilihanmu 29. muda foya2, tua kaya raya, mati masuk surga, itu katamu? jangan mimpi, there's no such things as ujug-ujug 30. masa depanmu ditentukan hari ini, bukan besok. tiketmu ke surga juga dibeli hari ini bukan besok31. coba bayangkan, yang ibadah dan merencanakan masuk surga aja bisa jadi silap dan ke neraka pada akhirnya, naudzubillah.. 32. maaf saya haturkan sesudahnya, satu hari engkau akan mengerti apa yang saya rasa, saya berdoa untuk itu.. 33. kelemahan saya pula tak bisa menyampaikan hal ini secara langsung, dan pada Allah sudah kuadukan semuanya.. 34. tentang betapa lemah dalil, betapa miskin pendekatan dakwah, dan terbatasnya kecerdasan, semoga Allah berkehendak memaafkan pula.. 35. ah, jangan dengarkan bila menyakitkan, ini cuma ocehan orangtua yang sudah hampir kadaluwarsa, nunggu panggilan yang kuasa 36. kalo ada yang merasa kesindir dan keledek, itu bukan tujuan saya, itu efek samping, maaf sekali lagi :D 37. kalau ada benernya, mohon didoakan, kalo ada yang salah, dimaafin nggak merugikan :) thanks for watching and mantengin :D

Friday 10 February 2012

BERANI JATUH CINTA

Berani Jatuh Cinta 25/03/2011 Filed under: ARTIKEL,ISLAM — Pujiati Sari @ 6:04 AM Tags: berani jatuh cinta, cinta aktivis dakwah, cinta atau nafsu?, menunggu jodohku, my life partner Cinta Aktivis Dakwah Cinta, betapa telah beribu definisi mengutarakannya, betapa telah berjuta lagu menyenandungkan iramanya, betapa telah banyak sinetron picisan yang menayangkannya. Saya tak akan mendefinisikan tentang cinta. Cukup sudah orang berdebat tentang makna cinta. Akan tetapi di sini, saya ingin menyentuh salah satu cinta, cinta antar-aktivis dakwah. Bahkan mungkin kita semua pernah merasakannya. Ia tidaklah semurah tayangan sinetron atau bacaan picisan dalam novel-novel. Bagi saya, dan mungkin Anda, perasaan itu adalah bagian dari kemuliaan yang telah Allah tetapkan bagi para pejuang dakwah. Perasaan itulah yang melandasi ekspansi dakwah dan jaminan kemuliaan Allah SWT. Perasaan itu pula yang kemudian mengeksiskan kita dengan beban berat amanah ini. Maka, jagalah perasaan itu agar tetap suci dan mensucikan. Perasaan itu hadir tanpa pernah diundang dan dikehendaki. Ia muncul, menyembul secara tiba-tiba. Jatuh cinta bagi para aktivis dakwah bukanlah perkara yang sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta merupakan gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah kenaikan marhalah pembinaan. Sementara itu, dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukkan kepada sunnah Rasulullah SAW dan jalan meraih keridhaan Allah SWT. Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta. Tentu saja, bukan dengan pelegalan istilah “Pacaran Islami” yang diada-adakan itu. Jelaslah di sini bahwa Allah, Rasulullah, dan jihad fii sabiilillah adalah destination yang utama. Jika sudah berada dalam keadaan tersebut, maka menjadi berkahlah perasaannya, berkah cintanya, dan berkah pula amal yang terwujud dalam kerangka cinta tersebut. Jika jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta itu hanya akan menjelma menjadi fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan yang lebih berbahaya adalah fitnah bagi dakwah. Karenanyalah, sekali lagi, jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara yang sederhana. Ada tanggung jawab yang begitu agung di balik perasaan agung ini. Bagi para akhwat yang terpikirkan sang ketua rohis, atau sang ikhwan yang terus saja membayangkan si kerudung biru, misalnya, di sinilah gharizah an-na’u tengah muncul. Saat itulah cinta ‘lain’ turut menyeruak dari dalam dirinya. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yang jelas. Sebabnya adalah terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat. Bagi para ktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan fitrah, yang tentu saja tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Bahkan, RA. Kartini pun pernah menarasikan intonasi cinta ini dengan indahnya, “Akan lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di samping lelaki yang cakap dan cerdas. Akan lebih banyak kata lagi yang akan meluncur, daripada yang saya usahakan sebagai perempuan yang berdiri sendiri…”. Sungguh, betapa perjuangan itu (terutama bagi saya ^_^), tak bisa lepas dari dukungan pasangan hidup. Cinta bagi aktivis dakwah memiliki dua mata pedang. Satu sisinya menyimpan rahmat dengan jaminan kesempurnaan agama dan sisi yang lain merupakan gerbang fitnah. Oleh karena itulah, jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Jatuh cinta yang akan menghantarkan kepada keabadian cinta sehingga umat selalu merasakan perpaduan energi cinta ini melalui perjuangan kita bagi kemuliaan Islam. Mari Deklarasikan Cinta Kita! Bila selama ini seruan dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadian manusia, maka sudah selayaknya cinta pun mendapat tempat yang utama. Ia memiliki hak untuk dideklarasikan dalam koridor yang bersih dan suci. Dunia telah menyenandungkan serinai hitam-kelamnya cinta. Kerusakan generasi hari ini, tak lain dikarenakan kesalahan penafsiran akan cinta. Betapa cinta selama ini telah menjadi candu dan didewakan, sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja keras dan pengorbanan, serta jembatan sebagai jalan menuju jannah dan kemuliaan Allah, tidak pernah mendapat tempat yang spesial. Narasi “Pacaran setelah Pernikahan” tampak begitu asing bagi masyarakat kita. Sangat sulit orang awam mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan, dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut. Maka, di sinilah aktivis dakwah kembali memainkan perannya. Adalah suatu alasan yang sangat penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada Sang Penguasa. Cinta yang menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan, dan perbuatan ingkar terhadap nikmat Allah yang berlaksa. Cinta yang berorientasi bukan sekadar jalan berdua, nonton, candle light dinner, dan seabrek romantika yang berdiri di atas pengkhianatan terhadap nikmat, rizki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita. Ya, cinta yang akan membuat iri seluruh penduduk langit. Cinta aktivis dakwah, marilah kita jadikan sebagai proyek penjabaran kepada masyarakat sehingga mereka tidak hanya mampu melihat hasil akhir terbentuknya keluarga dakwah. Biarkan mereka memahami tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian seorang akhwat terhadap ikhwan, tentang cinta sepasang aktivis, tentang romantika pengusung dakwah, dan tentang landasan ke mana cinta itu seharusnya bermuara. Inilah agenda topik yang harus banyak dibuka dan dibentangkan. Dikenalkan kepada masyarakat luas berikut mekanisme yang menyertai sehingga mereka kian memahami deskripsi akan proses panjang yang melahirkan keluarga paripurna saat ini. Dan Alunan Cinta pun Terjalin Indah Setiap kita yang mengaku putra-putri Islam, setiap kita yang telah menjual diri sebagai kafilah dakwah, setiap kita yang berikrar Allaahu Ghayatunaa, maka jatuh cinta sudah selayaknya dipandang sebagai jalan jihad yang akan mengantarkan diri menuju cita-cita tertinggi. Perasaan yang demikian istimewa. Perasaan yang mampu menempatkan kita ke dalam suatu tahapan yang lebih maju. Inilah epilog cinta yang akan mengambil jaminan kemuliaan yang ditetapkan oleh Rasulullah. Dengan perasaan ini, kita dapat memperluas ruang dakwah. Melalui perasaan ini pulalah, kenaikan marhalah dakwah dan pembinaan akan tercapai. Betapa Allah, Tuhan para pecinta, sangat memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman yang terpilih. Dengan cinta itu mereka berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong-menolong dalam kebaikan. Dengan cinta itu juga mereka menghiasi bumi dan kehidupan di atasnya. Dan dengannya, Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak yang saleh dan salehah, yang akan memberatkan kalimat Allah di muka bumi. Inilah potret cinta yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Jadi, saya pun dapat berkata “Saya berani jatuh cinta. Terima kasih, Cinta…” Wallaahu a’lam.

nasehat tuk wanita

Duhai ukhti... Belajarlah kesabaran dari wanita yang bernama Asiyah (istri Fir'aun) Belajarlah kesetiaan dari Khadijah(istri Rasulullah) Belajarlah kejujuran dari Aisyah (istri Rasulullah yg paling belia) Dan belajarlah keteguhan dari Fatimah (putri Rasulullah) ... [ Aidh al-Qarni ] Mereka adalah wanita-wanita penghulu surga. Ukhti..,kelak kaupun bisa menjadipenghuni surga seperti halnya mereka.. Seperti sabda Rasulullah: "Jika seorang istri telah menunaikan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, dan menjaga kemaluannya dari yg haram serta taat kepada suaminya, maka akan dipersilahkan masuk surga dari pintu mana saja yang ia sukai." [HR. Ahmad dan Ath-Thabrani] Subhanallah! Semoga kita adalah bagian dari mereka, para bidadari penghuni surga. So, ukhti yuk membidadarikan diri dengan belajar cinta dari pada Bidadari. ^Wahai Para Wanita... Wahai para wanita...tahuka h anda bahwa: (1) Semakin banyak pandangan lelaki yang tergiur denganmu semakin bertumpuk pula dosa-dosamu (2) Semakin sang lelaki menghayalkanmu. ..semakin berhasrat denganmu maka semakin bertumpuk pula dosa-dosamu (3) Janganlah anda menyangka senyumanmu yang kau tebarkan secara sembarangan tidak akan ada pertanggungjawa bannya kelak..!!!. Bisa jadi... senyumanmu sekejap menjadi bahan lamunan seorang lelaki yang tidak halal bagimu selama berhari-hari.., apalagi keelokan tubuhmu.... (4) Bayangkanlah... betapa bertumpuk dosa-dosa para artis dan penyanyi yang aurotnya diumbar di hadapan ribuan...bahkan jutaan para lelaki?? (5) Jika anda menjaga kecantikanmu dan kemolekan tubuhmu hanya untuk suamimu...maka anda kelak akan semakin cantik dan semakin molek di surga Allah...(6) Akan tetapi jika anda umbar kecantikanmu dan kemolekanmu maka ingatlah itu semua akan sirna dan akan lebur di dalam liang lahad menjadi santapan cacing dan ulat...dan di akhirat kelak...bisa jadi berubah menjadi bahan bakar neraka jahannam!!!

ketika akhwat jatuh cinta

Artikel Lepas 10/11/2011 | 13 Zulhijjah 1432 H | Hits: 17.775 Oleh: Lhinblue Alfayruz Kirim Print 30 0diggsdigg email print Ilustrasi (kawanimut) dakwatuna.com - Wah, ngomongin tentang cinta. Akhwat?! Jatuh cinta?! Emang bisa?! Woi, woi, akhwat juga manusia, akhwat juga bisa jatuh cinta, seakhwatnya akhwat juga punya rasa cinta, benci, suka, dll. Nih, salah satu contoh percakapan dua orang akhwat: Nayla: “ras, mau nanya donk!” Laras: “nanya apa?!“ Nayla: “tapi, kamu jawab yang jujur ya!” Laras: “iya, emang apa?” Nayla: “kamu pernah jatuh cinta ga?” Laras terdiam cukup lama. Sambil berjalan di gang yang tak begitu lebar, Laras menanyakan pada dirinya sendiri: ”Pernahkah aku jatuh cinta?” Nayla yang berjalan di depan Laras memperlambat langkah agar mereka bisa berjalan sejajar dan Nayla menunggu jawaban dari Laras. Laras: “iya, pasti-lah pernah!” (bohong, jika ada yang mengatakan tidak pernah jatuh cinta, pikir Laras) Nayla: “sama ikhwan?! Baru-baru ini?! (Nayla hanya memastikan bahwa sahabatnya itu pernah jatuh cinta dengan ikhwan; akhwat jatuh cinta sama ikhwan!) Laras: “emmm, mungkin lebih tepatnya kagum! Ya, kagum! Hanya sebatas itu.” (Laras mengoreksi jawabannya. Laras pikir selama ini rasa itu hanya sebatas rasa kagum, gak lebih) Nayla: “yup! Lebih tepatnya kagum! Aku kira orang kayak kamu gak bisa jatuh cinta!” Laras: “loh, kenapa kamu mikir kayak gitu?!” Nayla: “ya, akhwat kayak kamu itu kayaknya gak mungkin punya perasaan apa-apa sama ikhwan, gak mungkin jatuh cinta. Kamu itu kalem, pendiem, berwibawa banget. Ya gak mungkin-lah.” Laras: “Tapi, nyatanya, aku bisa kagum juga kan sama ikhwan?! Itu mah fitrah kali!” Yup! Yang namanya kagum, apalagi kagum antar lawan jenis, hal itu mah wajar-wajar aja. Yang gak wajar itu, kalo rasa kagum yang ada pada diri kita malah membuat kita melakukan hal-hal yang gak sepantasnya dilakukan (apaan tuh?!), apalagi oleh ikhwan akhwat loh. Berat euy sandangan ikhwan akhwat itu. Yang ada di pikiran kebanyakan orang nih, yang namanya ikhwan akhwat itu gak nganut yang namanya pacaran. Ikhwan akhwat lebih nganut system ta’aruf sebelum nikah. Gaya pacaran ikhwan akhwat, ya setelah mereka nikah nanti. Nih, bukti kalo orang umumnya udah nganggap ikhwan akhwat gak nganut system pacaran. Di sela-sela praktikum ada sebuah kelompok yang isinya perempuan semuanya bahkan asisten laboratoriumnya (aslab) juga perempuan. Saat menunggu campuran di refluks, yang namanya perempuan kalo lagi gak ada kerjaan pasti ngobrol-ngobrol. Nah, di saat-saat menunggu itulah, terjadi sebuah obrolan di antara kelompok itu bersama aslab-nya. Dan yang diomongin sama perempuan ya gak jauh dari laki-laki. Mereka membicarakan tentang pacar mereka satu persatu. Di kelompok tersebut ada seorang akhwat. Nah, ketika semuanya telah bergiliran menceritakan tentang pacarnya, tinggal si akhwat inilah yang belum bercerita. Kemudian akhwat ini bertanya: “Kok pada gak nanyain aku sih?”, dengan gaya sok lugunya. Sang aslab-pun langsung spontan menjawab: “kalo kamu mah gak usah ditanyain, nanti juga tiba-tiba undangan nyampe di tanganku.” Ya, itulah pandangan orang pada umumnya tentang ikhwan akhwat yang gak nganut system pacaran. Lantas, bagaimana sebenarnya kondisi interaksi ikhwan akhwat itu sendiri?! Apakah seperti yang di duga kebanyakan orang pada umumnya?! Akankah interaksi yang dilihat selama ini di luaran sama seperti yang aslinya?! Banyak orang yang memperhatikan bahwa ikhwan akhwat itu sangat menjaga dalam berinteraksi. Namun terkadang, ikhwan akhwat juga bisa khilaf. Loh kok khilaf?! Maksudnya apa?! Ada hal-hal yang terkadang sulit dilakukan ikhwan akhwat untuk menjaga interaksi itu. Misalnya nih, pada saat praktikum, akan banyak kemungkinan bagi ikhwan akhwat untuk bersentuhan. Eits, bersentuhan di sini bukan karena di sengaja loh, tapi memang kondisi praktikum yang membuatnya bisa seperti itu. Interaksi seperti ini mungkin masih bisa diwajarkan jika memang tidak bisa dihindari lagi. Tapi kalo masih bisa dihindari, ya di minimalisir. Ada lagi misalnya, ketika ikhwan akhwat berkecimpung di sebuah organisasi. Entah itu organisasi seperti BEM atau Mushalla sekalipun. Adakalanya ketika berinteraksi di BEM misalnya, terkadang sulit untuk menundukkan pandangan atau tidak bercanda secara berlebihan. Hal ini mungkin masih bisa dimaklumi karena kondisinya yang cukup heterogen. Kalo kata seseorang: “ya, jangan kaku-kaku amat!” Tapi, kalo kondisinya lebih banyak orang yang paham akan batasan interaksi, apakah itu diwajarkan?! Dijawab sendiri ya sama diri masing-masing. Namun akhirnya bukan pembenaran yang muncul dengan kondisi seperti itu. Ikhwan akhwat tetap harus menjaga interaksi. Atau kalaupun akhirnya memang tidak bisa dihindari untuk ‘mencair’, ya sudah lakukanlah interaksi itu sewajarnya. Ikhwan akhwat aktivis dakwah biasanya punya system pengentalan tersendiri. Tiap orang punya cara yang berbeda untuk ‘mengentalkan’ dirinya kembali. Misalnya, Rama, seorang aktivis BEM, yang setiap melakukan ‘pencairan’ dan dia tersadar bahwa dirinya telah melakukan hal ‘pencairan’ tersebut, dia pun langsung ke sebuah ruangan, shalat dua rakaat. Temannya, Beno, yang melihat hal itu terus menerus heran. Kenapa heran?! Karena waktu itu bukan termasuk waktu Dhuha, lantas Rama itu shalat apa? Dengan rasa penasaran Beno pun bertanya kepada Rama yang baru selesai shalat. “Akhi, ini kan bukan waktu Dhuha, dan tempat ini juga bukan masjid, Antum shalat apa, dua rakaat? Dhuha bukan, tahiyatul masjid juga bukan.” “Akhi, sesungguhnya tadi kita telah melakukan ‘pencairan’, maka Ana melakukan pengentalan diri Ana dengan shalat sunnah dua rakaat. Agar diri ini tidak melakukan pembenaran atas apa yang barusan kita lakukan.” Ya, tiap orang punya mekanisme pengentalan tersendiri. Ibarat suatu fluida, jika dia berada di tempat yang sempit atau berada di suatu pipa yang diameternya kecil, maka untuk dapat melewati itu, dia perlu mengurangi kekentalannya, sehingga fluida itupun dapat mengalir dengan lancar. Namun jika memang fluida itu telah berada di pipa dengan diameter yang lebih besar, maka kekentalannya perlu dikembalikan seperti semula agar mengalirnya fluida itu tetap konstan seperti aliran sebelumnya. Bahkan, ikhwan akhwat yang berkecimpung di Mushalla pun tak terlepas dari hal ini. Kadang, walaupun interaksi di batasi dengan hijab pandangan, hijab hati belum tentu bisa di jamin. Ingat dulu yuk, firman Allah: “Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati” (QS 64:4). Ingat! Apa yang tersembunyi dalam hati kita, Allah juga akan mengetahuinya. Bisa saja kelihatan dari luar, interaksi ikhwan akhwat biasa-biasa saja, namun ternyata di balik hatinya atau di balik hijab itu ada ‘sesuatu’ yang aneh dengan interaksi itu. Ya, semoga kita bukan termasuk ke dalamnya. Kalaupun sudah terlanjur berbuat seperti itu maka marilah kita sama-sama mengazamkan dalam diri untuk menjaga interaksi itu. Ada kasus juga ikhwan yang curhat ke akhwat ataupun sebaliknya. Misalnya saling menganggap saudara sehingga dalam berinteraksi ya layaknya saudara kandung. Memang betul sih, bahwa persaudaraan yang dibangun ‘di sini’ atas dasar keimanan bukan pertalian darah. Walaupun hanya menjadikan tempat curhat dan gak lebih dari sekedar saudara, tapi sebaiknya tetap berhati-hati karena masalah hati gak ada yang tau. Tetap saja, itu bukan mahramnya kalaupun toh mau berakrab-akrab ria. Bisa aja hari ini curhat-curhatan, eh besoknya mulai timbul ‘rasa’ yang berbeda. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu dakwah. Apalagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan dakwah. Atau bisa saja si ikhwan menganggap si akhwat sebagai saudara biasa, tapi ternyata si akhwat malah punya pandangan yang berbeda, begitupun sebaliknya. Yang lebih parah lagi nih, kalo orang-orang yang belum paham melihat hal itu, bisa-bisa mereka jadi illfeel sama ikhwan-akhwat. Atau terkadang, orang yang sudah paham pun malah menanggap hal yang nggak-nggak terjadi di antara interaksi itu, VMJ (Virus Merah Jambu), padahal mah tuh ikhwan dan tuh akhwat gak punya perasaan apa-apa, cuma sebatas saudara atau teman biasa. Mungkin ada benarnya juga kalo kita sebaiknya menjaga interaksi dengan lawan jenis, gak hanya berlaku terhadap ikhwan akhwat aja loh. Lebih baik menjaga bukan daripada terjadi fitnah?! Kalo mau curhat, ya utamakan sesama jenis dulu. Nah, ada satu cerita yang menarik di sini. Ada ikhwan, sebut saja Hendy yang curhat ke akhwat, sebut saja Mila, melalui SMS. Mereka beraktivitas dalam satu organisasi dan keduanya bisa di bilang aktivis dakwah. Hendy: “Assalamu’alaikum. Mila, Ana merasa bersalah banget neh sama masalah yang kemarin. Itu semua gara-gara Ana. Ana tuh sampe gak bisa tidur mikirin masalah itu. Bawaannya grasak-grusuk mlulu.” Mila gak langsung membalas sms itu. Dia meng-sms Leo yang memang dekat dengan Hendy. Mila: “Assalamu’alaikum. Leo, tolong hibur Hendy ya, kayaknya dia masih kepikiran sama masalah yang kemarin.” Mila meminta Leo untuk menghibur Hendy karena Mila tau bahwa Leo adalah teman dekat Hendy dan Leo tau masalah yang Hendy hadapi. Leo: “Masalah yang mana? Ana barusan mabit bareng Hendy, tapi dia ga cerita apa-apa.” Mila: “Masalah yang itu bla, bla, bla.” Mila menjelaskan masalahnya. Leo: “Ok. Nanti Ana coba ngomong ke Hendy.” Memang begitulah seharusnya ketika ada seorang ikhwan ataupun akhwat yang curhat ke lawan jenisnya, maka tempat yang di curhatin itu seharusnya mengarahkan seseorang, ke sesama jenis, yang merupakan teman dekatnya sehingga si ikhwan ataupun akhwat bisa di tangani langsung tanpa lintas gender. Hal itu lebih menjaga bukan?! Ada satu cerita lagi tentang ikhwan akhwat yang jarang sekali berinteraksi, namun ternyata keduanya sepertinya ‘klop’. Mereka menyadari hal itu. Si ikhwan punya perasaan sama akhwat, begitupun sebaliknya: masing-masing saling tahu, tanpa harus di nyatakan. Waktu terus berjalan, mereka pun saling memendam perasaan itu hingga akhir bangku perkuliahan usai. Hingga akhirnya, ada yang mengkhitbah si akhwat. Si akhwat pun meminta izin kepada si ikhwan (aneh!): betapa sakit hati si ikhwan begitu mengetahui si akhwat akan di khitbah ikhwan lain. Akhirnya, akhwat itu pun tetap melangsungkan pernikahan dan membiarkan si ikhwan dalam kesakithatiannya. Duh, miris sekali ya. Padahal perasaan yang muncul di antara ikhwan akhwat itu tanpa interaksi yang intens. Ok, yang terpenting adalah kita saling menasihati dengan cara yang terbaik. Kalau ikhwan yang melampaui batas kepada akhwat, akhwatnya harus tegas, demikian pula sebaliknya. Sesama ikhwan dan sesama akhwat juga harus ada yang saling mengingatkan dengan tegas. Ingat! tegas bukan berarti harus marah-marah karena kita tentunya tahu bahwa tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua manusia tak luput dari yang namanya khilaf. Jika memang mengaku bahwa kita bersaudara, maka ingatkanlah! Tegurlah! Jangan biarkan saudara kita terjerembab. Terkait dengan cinta, sekali lagi diingatkan bahwa akhwat juga bisa jatuh cinta,, ikhwan juga bisa jatuh cinta. Se-ikhwah-ikhwahnya ikhwah, mereka juga manusia yang punya rasa cinta, kagum, suka, dan benci. Cinta bukanlah tujuan Cinta adalah sarana untuk menggapai tujuan Jangan kau sibuk mencari definisi dan makna cinta Namun kau lalai terhadap Dzat yang menganugerahkan cinta Dzat yang menumbuhsuburkan rasa cinta Dzat yang memberikan kekuatan cinta Dzat yang paling layak dicintai Allah, Sang Pemilik Cinta Cinta memang tak kenal warna Cinta tak kenal baik buruk Cinta tak kenal rupa dan pertalian darah Memang begitulah adanya Karena yang mengenal baik buruk, warna dan rupa Adalah sang pelaku cinta yang menggunakan akal pikirannya Cinta bukanlah kata benda Cinta adalah kata kerja Cinta bukan sesuatu tanpa proses Cinta itu butuh proses Jangan mau kau terjatuh dalam cinta Namun, bangunlah cinta itu Bangunlah cinta dengan keimanan Maka kau akan mengorbankan apa saja Demi meraih keridhaan Sang Pemilik Cinta Bangunlah cinta dengan ketakwaan Maka kau tak kan gundah gulana Ketika kehilangan cinta duniawi Karna kau yakin Yang kau cari adalah cinta dan ridha Allah Bukan cinta yang sementara *** Semoga bermanfaat. Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan diri sendiri yang sering lalai dalam menjaga interaksi. Entah itu di dunia nyata maupun dunia maya. Saling mengingatkan ya! *Kata ikhwan akhwat dalam tulisan ini telah mengalami penyempitan makna, lebih ke arah aktivis dakwah. Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/11/16291/emang-akhwat-bisa-jatuh-cinta/#ixzz1luBIiJNZ

Saturday 4 February 2012

atas nama ham ijikan aku pamer aurat

..**Atas Nama HAM, Izinkan Aku Pamer Aurat...!**.. Posted on Thursday, February 2, 2012 by Khoirunnisa Syahidah in Labels: Halaqoh Online, Muslimah By: Yulianna PS Penulis Cerpen “Hidayah Pelipur Cinta” Judul artikel ini gambaran dari generasi yang sakit akibat ulah manusia perusak moral yang melumuri zaman dengan kenistaan. Pada zaman dahulu, wanita Indonesia identik dengan sifat malu. Mereka malu memakai busana minim dan malu berinteraksi dengan kaum Adam yang bukan mahram. Kaum hawa masa lalu bersikap sesuai etika ketimuran, yang menjaga sikap terhadap laki-laki, bukan karena jaim alias jaga imej, tetapi karena memang ada rasa malu menyelinap di dalam diri mereka. Hari ini, manusia telah mengubah zaman, di mana para wanita dijadikan sebuah boneka. “Atas nama HAM, izinkan saya pamer aurat,” begitulah gambaran yang tepat aspirasi para wanita kebanyakan. Atas nama kebebasan, wanita Indonesia tidak malu-malu melucuti busana di tempat umum agar disebut modern seperti wanita barat. Melalui dunia hiburan, propaganda barat telah sukses memalingkan muslimah Indonesia berkiblat kepada jurang kehancuran. Barat berhasil menipu dunia, utamanya Indonesia. Di negara barat dan kroni-kroninya, wanita yang berani –maaf– telanjang di dunia akting merupakan kebanggaan, kategori wanita seperti ini bagi mereka layak menerima penghargaan bergengsi. Ironinya, Indonesia merupakan negara yang latah mengikuti budaya mereka. Budaya yang menjauhkan muslimah dari agamanya. “Atas nama HAM, izinkan saya pamer aurat.” Pesan inilah yang membuat undang-undang pornografi dan pornoaksi mandul di negara kita. Walaupun jutaan umat mendukung, tidak akan aspirasi ini menjadi kenyataan. Faktanya dunia hiburan berupa media cetak dan elektronik semakin liar dan berani mengekspos aksi rendahan wanita. Pelecehan terhadap wanita dengan kedok seni, mendorong wanita bangga memamerkan aurat. Aksi seronok yang pantas dilakukan wanita tuna susila, kini telah di lakukan oleh wanita penjaja akting. Generasi muda menjadi korban, ikut-ikutan bertindak seperti wanita penjaja akting, rusaklah negara, akibat tidak mampu mendidik wanita. Islam Memuliakan Wanita Islam sangat menghargai wanita, menjaga agar martabat wanita terangkat, bukan rendah layaknya sampah, atau menjadi boneka para manusia rakus. Apa artinya sebuah pamor, jika di dalamnya memaksa wanita merusak derajat dan martabatnya di hadapan masyarakat luas. Apa pula artinya ketenaran, jika di dalamnya menyuruh wanita bertindak melanggar norma-norma agama. Bahagialah para wanita muslimah, ketika anak-anak, dalam lindungan keluarga, ketika beranjak dewasa atau baligh, diperintahkan menutup aurat, sebagai bentuk ketakwaan pada Allah sang Maha Pencipta. Dalam hijab, bukan hanya sekedar menutup aurat, tetapi merupakan cirri khas muslimah yang mudah terdeteksi identitas kemuslimahannya, hal ini sesuai firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 59: “Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” Ketika telah beranjak dewasa dan hendak menikah, wanita islam diperbolehkan memilih tanpa paksaan, mereka diperlakukan istimewa, dipilihkan lelaki baik yang menjaga kehormatan. Ia juga mempunyai hak meminta mahar (mas kawin) dan boleh membelanjakannya sesuka hati. Sungguh menyenangkan menjadi muslimah, ia tidak takut kekurangan cinta dan kasih sayang. Ia adalah saudara bagi muslim yang lainnya, sehingga jika ada gangguan dari orang jahil, maka kehormatannya wajib dibela. Ketika telah menjadi seorang Ibu, kemuliaan wanita bertambah. Ia menjadi pembuka ridha surga Allah bagi anak-anaknya. Doa bagi anaknya tidak meleset. Islam memudahkan wanita yang berstatus Ibu, ia berhak mendapat nafkah dari suami. Dan baginya tidak ada kewajiban bersusah payah mencari makan. Baginya merupakan kehormatan, ketika kewajiban di dalam rumah diserukan, dengan tetap di dalam rumah akan terhindar dari sifat buruk berupa gossip, ghibah, foya-foya, dan sifat rendah yang mendatangkan madharat lainnya. Kemuliaan lainnya, semakin lanjut usia mereka semakin dihormati, semakin besar pula hak mereka dan semakin berlomba-lomba anak-anak dan kerabat dekatnya untuk berbuat yang terbaik kepada mereka, karena mereka telah selesai melakukan tugasnya, dan yang tersisa adalah kewajiban anak-anak, cucu, keluarga dan masyarakat terhadap mereka. Akhirnya, mewakili suara hati muslimah, penulis ingin mengatakan, ‘atas nama HAM, izinkan kami para wanita menutup aurat secara rapat’, atas nama HAM, jangan ganggu para muslimah dengan tuduhan miring yang mengait-ngaitkan dengan julukan teroris. Atas nama HAM, izinkan muslimah mendapatkan kebebasan berpakaian syar’i sesuai aturan syariat. [voa-islam.com]
m o r e 30 Tahun? Khilafah Hanya Berlangsung 30 Tahun? . m o r e Penguasa Syarat-Syarat Penguasa Negara Islam. m o r e Khilafah Khilafah Islamiyyah Versus The New World Order. m o r e ..**Pendidikan Indonesia Berlumur Dosa dari Akar Hingga Buah**.. Posted on Saturday, December 10, 2011 by Khoirunnisa Syahidah in Labels: Artikel, Opini Akhir-akhir ini institusi pendidikan di Indonesia semakin dituntut untuk menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas itu sendiri didefinisikan sebagai sesuai dengan kebutuhan pasar lapangan kerja. Kurikulum-kurikulum pendidikan yang dibuat, universitas- universitas yang didirikan adalah untuk mencetak masyarakat yang siap dimanfaatkan oleh pasar. Orientasi pendidikan yang sejatinya sebagai proses pembentukan kepribadian dan pendewasaan kedepannya akan berubah menjadi alat produksi yang penekanannya focus untuk menyediakan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar, lebih tepatnya kebutuhan para kapitalis/pemilik modal. Sistem pendidikan seperti ini pada akhirnya melahirkan manusia-manusia mesin. Pandai secara akademis tapi buta pemahaman agamanya, memiliki ketrampilan tetapi tidak memiliki kepribadian baik. Lebih buruk lagi, yang dihasilkan adalah orang pandai tapi korup. Profesional tapi bejat moral. Ini adalah out put umum dari sistem pendidikan dewasa ini. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan sekular. Sebagaimana yang tertuang pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang berbunyi: Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagaman, dan khusus. Dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini merupakan dosa paling mendasar system pendidikan Indonesia. Terbukti, system model sekularisme seperti itu telah gagal melahirkan manusia salih berkepribadian Islam sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan zaman melalui penguasaan sains dan teknologi. Betapa banyak kaum intelektual lulusan pendidikan umum yang tetap saja 'buta agama' dan rapuh kepribadiannya? Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan agama memang menguasaitsaqâfah Islam dan sisi kepribadiannya secara relatif tergarap baik. Akan tetapi, di sisi lain, ia buta terhadap perkembangan sains dan teknologi. Akhirnya, sektor-sektor modern (industri manufaktur, perdagangan, dan jasa) diisi oleh orang-orang yang relatif awam terhadap agama karena orang-orang yang mengerti agama tidak mampu terjun di sektor modern, mereka terkumpul di dunianya sendiri (pesantren, madrasah, dosen/guru agama, Depag). Dunia pendidikan dikatakan semakin maju dengan pengembangan ilmu pengetahuan - teknologi (iptek) dan riset di berbagai bidang keilmuan. Tapi faktanya, universitas-universitas terkemuka yang sibuk dengan urusan pemeringkatan riset ilmiah, justru gagal memberikan jawaban untuk masalah narkoba, free sex, tawuran, hura-hura, kebencian, iri hati, balas dendam, ketidakjujuran, korupsi dan berbagai bentuk kehancuran moral lainnya. Yang lahir dari pendidikan sekulerisme tersebut adalah sikap materialistic. Dimana pendidikan bukan lagi sebuah proses pembentukan kepribadian dan pendewasaan diri untuk bisa hidup bermartabat tetapi pendidikan tidak lebih sekadar upaya atau sarana mencari pekerjaan. Pendidikan merupakan sabuk pengaman untuk meraih sukses materi dan karier dimasa depan. Lebih jauh pendidikan Sekuler-Materialistik ini berkontribusi melahirkan peserta didik yang pragmatis. Mungkin hanya sedikit di antara mereka yang memegang nilai idealisme, selebihnya lebih pragmatis. Sekadar ilustrasi, pernah ada salah seorang tenaga pengajar mengadakan survei mengenai sosok dosen yang diidealkan. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Sosok dosen ideal adalah yang santai, tidak banyak tugas dan memberi nilai mudah. Sebaliknya, yang dibenci adalah yang konsisten, disiplin, banyak tugas dan nilainya mahal. Belum lagi sikap apatis yang sudah menggejala disebagian intelektual muda/ mahasiswa sebagai akibat system pendidikan sekuler ini. Mereka sama sekali tidak peduli dengan penderitaan dan kesengsaraan masyarakat. Bagi mereka yang penting selamat secara pribadi. Ngapain susah-susah mikirin nasib umat. Nonton sepakbola bagi mereka jauh lebih menyenangkan daripada mengikuti forum-forum kajian yang membincangkan persoalan umat. Kondisi seperti ini melahirkan budaya individualis yang semakin tajam. Bagi mahasiswa seperti ini keberhasilan studi merupakan cita-cita yang paling dijunjung tinggi dan senantiasa jadi haluan perjuangannya. Bagi mereka, standar keberhasilan itu adalah meraih nilai studi yang setinggi-tingginya. Biasanya, kehidupan mahasiswa seperti ini hanya berkisar antara rumah dan kampus. Kupu-kupu (Kuliah pulang-kuliah pulang). Angan-angan mereka kalau sudah lulus kelak adalah pekerjaan yang mantap dengan gaji yang besar, istri yang cantik, fasilitas yang mewah, dan anak-anak yang lucu dan manis. Hanya saja, ketika dunia dikendalikan oleh kaum intelektual produk pendidikan sekuler seperti itu hasilnya adalah seperti yang sekarang ini sudah kita lihat bersama. Ketimpangan ekonomi, ketidakadilan hukum, degradasi moral, makin terkikisnya kohesi sosial, kezaliman dimana-mana dan semua kebrobrokan menghiasi negeri ini. Aktor-aktor utama yang bermain dibalik semua kehancuran yang menimpa Indonesia dan seluruh dunia adalah mereka yang berasal dari kalangan intelektual produk pendidikan sekuler. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang membuat negeri yang kaya ini terpuruk dalam perangkap hutang. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang memberikan kekayaan alam negeri ini kepada asing dan membiarkan rakyatnya mati kelaparan. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang begitu mudah menghukum nenek Minah lantaran mencuri 3 buah cacao dan begitu sulitnya menjerat seorang Anggodo Wijoyo dan koruptor kelas hiu ganas lainnya. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang menyebabkan Porong Sidoharjo hilang dari sejarah. Konon kerugian yang diakibatkan ulah PT. Lapindo mencapai 45 Triliun! Dan hingga saat ini belum jelas pertanggungjawabannya terhadap masyarakat. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang selalu menyatakan bahwa pasar bebas itu baik, membiarkan mekanisme pasar bekerja itu bentuk perekonomian yang unggul. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang selalu memuja dan memuji ekonomi Neolib yang sudah terbukti sangat ringkih. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang selalu pintar mengambil muka terhadap Barat terutama Obama dan menjadikan Amerika seakan malaikat penolong, padahal Negara penjajah itu hingga saat ini, tidak bisa menolong diri sendiri keluar dari krisis ekonomi yang sedang menimpanya. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang selalu menjadi antek bagi Negara-negara Kapitalis penjajah dengan ketundukan secara total. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang senantiasa membenci kaum muslim untuk beribadah secara kaffah kepada Allah. Mencurigai mereka yang beramal saleh, membela mereka yang beramal salah. Mereka kaum intelektual-sekuler lah yang selalu menghalang-halangi kaum muslim dari upaya menerapkan Syari’ah Islam dibawah naungan Khilafah. Mereka yang berasal dari kalangan intelektual-sekuler lah yang menyebabkan kehancuran negeri ini. Ini semua merupakan bentuk dosa besar kaum intelektual-sekuler yang akan direkam jelas oleh sejarah. Ini semua tidak boleh didiamkan terus menerus jika tidak kehancuran akan semakin parah. Dosa-dosa yang dilakukan oleh kaum intelektual-sekuler tersebut telah meluluhlantakkan semua sendi kehidupan karena itu harus segera dihentikan. Disinilah peran kita. Bahwa kita semua berkewajiban untuk menyelesaikan persoalan pendidikan negeri ini dengan penyelesaian mendasar secara fundamental. Itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perombakan secara total yang diawali dari perubahan paradigma pendidikan sekular menjadi paradigma Islam. Bentuk nyata dari solusi mendasar itu adalah mengubah total UU Sistem Pendidikan yang ada dengan cara menggantinya dengan UU Sistem Pendidikan Islam. Hal paling mendasar yang wajib diubah tentunya adalah asas sistem pendidikan. Sebab asas sistem pendidikan itulah yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem pendidikan. Sesungguhnya paradigma pendidikan Islam memberikan jawaban atas persoalan pendidikan sekuler ini dengan pendidikan karakter yakni menciptakan anak didik yang berkepribadian Islam, mememiliki pemahaman yang dalam terhadap tsaqofah Islam, menguasai IPTEK dan ketrampilan yang memadai. Sistem pendidikan yang materialistik-sekularistik tersebut sebenarnya hanyalah merupakan bagian belaka dari sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang juga sekular. Maka upaya untuk menciptakan pendidikan Islam tidak akan sampai pada tujuan jika negara yang menaungi masih negara sekuler. Oleh karena itu, maka kewajiban pertama dan utama kita semua adalah merubah negara yang berdiri ringkih diatas landasan sekulerisme ini kepada Negara yang berdiri kokoh diatas landasan ideology Islam. Itulah Negara Khilafah Islamiyah! Islam telah menentukan bahwa negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan dan mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dan para Khalifah dahulu. Negara Khilafah akan menggratiskan biaya pendidikan untuk seluruh rakyatnya tanpa pandang bulu. Negara Khilafah akan mensinerjikan peran antara sekolah, masyarakat, dan keluarga untuk menciptakan iklim pendidikan yang kondusif. Negara Khilafah akan menciptkan kurikulum yang terpadu berdasarkan tingkatan pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi. Negara Khilafah akan mendorong pengembangan IPTEK dengan memberikan penghargaan yang besar kepada para peneliti dan penulis buku, tidak seperti Negara Kapitalis Sekuler yang lebih menghargai tukang hibur yang memabukkan dari pada cendikiawan. Negara Khilafah akan menjadikan peserta didik menjadi manusia yang benar-benar manusia yang faham dirinya hanyalah seorang hamba untuk beribadah kepada Tuhannya, tidak seperti Negara Sekuler-Kapitalis yang produknya adalah manusia mesin yang tidak tahu tujuan hidupnya yang hakiki. Sekali lagi tugas pertama dan utama bagi kita semua adalah mendirikan Khilafah Islamiyah yang dijanjikan Rasulullah agar kehidupan kita selamat dunia dan akhirat. Mari kita melakukan penyadaran kepada seluruh masyarakat agar sama-sama memahami kewajiban ini. Sedangkan kepada mereka yang sudah tercebur kedalam lumpur intelektual sekuler marilah segera tobat sebelum terlambat. Pintu tobat belum tertutup, sudah saatnya bertobat dari sistem pendidikan sekuler-materialistik ini. Tobat yang bukan hanya sebatas mengingat kesedihan, mengenang wajah pendidikan yang buram dan semua keburukan dunia pendidikan masa lampau tanpa berfikir untuk memperbaiki diri kedepannya. Sebab, sudah banyak acara-acara tobat nasional digelar, istighosah-istighosah juga tidak henti-hentinya dilakukan. Bahkan diantaranya juga dihadiri oleh pemimpin negeri ini dan beberapa pejabat jajarannya. Akan tetapi do’a yang diucapkan seakan hilang ditelan bumi tanpa pengaruh apa-apa, masalah tidak kunjung terurai bahkan bertambah runyam. Hal ini tidak lain karena tobat yang digelar tersebut bukanlah tobat sebenarnya. Tobat tersebut tidak lebih dari sekedar tobat seremonial untuk meramaikan media masa. Buktinya setelah melakukan tobat Pemimpin dan pejabat negeri ini bukannya menempuh jalan kesolehan dengan berpedoman kepada petunjuk Allah yakni Islam, akan tetapi kembali melakukan maksiat yang besar dengan mengikuti jalan salah yang selama ini telah menyempitkan hidup mereka. Agar tobat yang kita lakukan tidak sia-sia, marilah kita bergegas membangun sistem pendidikan Islam, dalam negara Khilafah, yang akan melahirkan generasi berkepribadian Islam dan menguasai sains teknologi. Generasi inilah yang akan mampu mewujudkan kemakmuran dan kemuliaan peradaban manusia di seluruh dunia. ALLAHUAKBAR!!! [erwin/pendidikan/syabab.com] *) Deklarator Sumpah Mahasiswa 18 Oktober 2009
Posted on Thursday, February 3, 2011 by Khoirunnisa Syahidah in Labels: Cinta Bismillaahirrohmaanirrohiim.. Assalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh.. Apa kabarmu disana sayang ?? ku pastikan kau disana sama dengan diriku, sehat tak kurang apapun. Jelaslah rindu ini yang membuatku ingin menyampaikan setiap kata dengan pena cinta yag ku miliki. Ku pun yakin, kau disana lebih memiliki rindu yang maha dahsyat untukku. Sayang, kau tahu bukan. Jika ada junjungan tertinggi pada makhluk Nya yang patut aku sembah selain padaNya itu adalah dirimu, pastilah aku hibahkan sujudku selain padaNya. Tapi sungguh sayang, ku yakinkan hati ini bahwa setinggi-tingginya mahabbah hanyalah pada Nya, tak ada selain untukNya. Kau pun tahu, cintaku padamu hanyalah perjuanganku untuk meraih cintaNya. Jangan kau harapkan cintaku layaknya Juliet pada Rome atau Laila pada Qais, tak mungkin ku merelakan cintaku tersia-sia layaknya cinta mereka. Maka sayang, ajarkanlah aku untuk memupuk cinta yang telah mempertemukan kita, menjadi cinta yang maha dahsyat yakni karna kecintaan kita pada Allah dan untuk Allah. Karna cintaNya lah yang mampu meredam kerinduan kita. Kau ingat sayang, kau begitu memuji keindahan atas penciptaanNya terhadapku, keelokan wajahku. Seandainya keelokan wajahku adalah yang terpenting untukmu, kan kuhias diri ini penuh warna untuk membiusmu pada keelokanku. Tapi benerkah itu yang terpenting untukmu ?? Seandainya benarlah itu yang lebih kau pentingkan, maka kau bukanlah suami yang tepat untukku. Tapi waktu ternyata berkata bahwa kau tak mementingkan semua keindahan dunia, terbukti ketika kau terus mengingatkanku untuk mendoakan perjuanganmu dan mendedikasikan waktuku untuk anak-anak kita dan perjuanganku. Kau ajarkan aku menghiasi diri ini dengan akhlak dan keikhlasan. Kau bantu aku agar menjaga lisan dan kesabaran. Allah telah mempertemukanku dengan Mujahid terbaik untukku, karna kau pun tak pernah lepas dari mempekuat dirimu dengan taqwa dan keteguhan untuk menjagaku dan anak-anak kita. Ketawadhuanmu membuat ukiran cinta dihatiku kian rumit. Terimakasih yaa cinta, atas dedikasimu padaku dan anak-anakmu. Tanpamu mungkin aku tak mampu mengenal dien ini secara baik, tanpamu mungkin aku lemah mengenalkan dien ini pada anak-anak kita. Tanpamu mungkin kini ku rapuh dalam menjalani indahnya mengenal agama Allah. Betapa aku bersyukur karna Allah mencintaiku dan mencintaimu sehingga kita dipertemukannya dalam Naungan CintaNya. Ingatlah sayang, cinta kita hanyalah aplikasi kecintaan kita pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tak ada cinta yang patut dijunjung tinggi selain cintaNya. Yakinlah bahwa aku hanya ingin mencintaimu karna Allah. Maka sayang “ Cintailah aku Karna Alla

no valentine day

..**Remaja Cerdas, Tolak Valentine!**.. Posted on Saturday, February 4, 2012 by Khoirunnisa Syahidah in Labels: Konspirasi, Remaja, Salibis Tiap tahun membicarakan Valentine. Tiap tahun juga makin banyak Muslim yang sadar untuk mengingatkan saudaranya akan bahayanya hari Valentine. Tapi anehnya, kok ya masih banyak remaja-remaja yang keras kepala tidak mau sadar dan disadarkan akan bahaya yang sedang mengintainya ini. Gimana nggak bahaya kalau hari Valentine itu merusak dari semua segi, mulai akidah hingga ke amaliah. Mulai dari keyakinan kamu sebagai seorang muslim hingga ke perbuatan. Asal-muasal hari Valentine sendiri tak bisa dilepaskan dari sejarah milik non muslim. Ada versi yang menyatakan bahwa seorang pendeta bernama Valentino rela mati demi membela dua anak manusia memadu cinta dalam sebuah ikatan yang TIDAK sah. Ya, karena satu dan lain hal, kedua remaja yang sedang di mabuk cinta ini nekad melanggar aturan. Versi lain tentang asal-muasal Valentine yaitu bahwa hari ini adalah hari kawinnya burung tertentu lalu ditiru oleh manusia zaman itu. Dan masih banyak versi lainnya yang semuanya itu mengarah ke pergaulan bebas antar lawan jenis. Nah, jelas banget bahwa dari sejarahnya saja sudah sangat kentara bahwa perayaan ini bukan milik kita, umat Islam. Apalagi bila kita jeli tentang perkembangan perayaan hari Valentine yang semakin tahun semakin mengokohkan saja yang namanya gaul bebas itu. Pesta seks digelar. Miras? Jangan ditanya. Intinya, perayaan Valentine adalah perayaan kemaksiatan yang dibungkus modernitas. Padahal sekali maksiat tetep aja maksiat judul dan isinya. Maka, remaja muslim yang cerdas pastilah gak mungkin ikut-ikutan perayaan semacam ini. ….Masih banyak remaja muslim yang ikut-ikutan merayakan hari Valentine. Mereka gak tahu kalau perayaan Valentine adalah budaya non Islam yang penuh kemaksiatan…. Tapi kok masih banyak remaja yang mengaku dirinya muslim ikut-ikutan merayakan hari Valentine? Ada beberapa faktor. Bisa jadi tuh remaja gak tahu kalau perayaan Valentine adalah budaya non Islam yang berisi kemaksiatan. Sajikan fakta bahwa pesta atau perayaan valentine selalu diisi dengan hal-hal yang berbau pergaulan bebas. Bahkan banyak data menunjukkan penjualan kondom laku keras di malam Valentine ini. Bila remaja itu masih ngotot ikutan merayakan Valentine, maka jelas banget kalo tuh remaja bukan tipe yang cerdas. Hanya remaja yang tak memakai otak saja yang mau ikut-ikutan perayaan hari Valentine. Mereka ini ibarat kerbau yang dicocok hidungnya dan mengekor saja apa yang dilakukan oleh orang lain tanpa dia paham maknanya. Bagi remaja pintar, ia pasti akan memaksimalkan otaknya plus keimanannya untuk menimbang perbuatan yang akan dilakukannya. Dan tentu saja, perayaan hari Valentine tak masuk ke dalam hitungannya. Jadi, daripada kamu sibuk mempersiapkan acara Valentinan pada tanggal 14 Februari nanti, mending kamu mempersiapkan diri dan amunisi untuk memahamkan teman-temanmu yang masih keukeuh mau merayakan hari kemaksiatan itu. Kamu bisa mulai dengan menempelkan banyak tulisan-tulisan yang intinya menyadarkan remaja muslim dari acara hari Valentine. Nah, bila ini sudah maksimal kamu lakukan, hasilnya serahkan Allah saja. ….Remaja yang cerdas, so pasti berani suarakan TOLAK VALENTINE dengan tegas.... Remaja yang membaca tulisan dan seruan itu, akan terlihat kualitasnya usai mereka membacanya. Akan terlihat mana yang cerdas yaitu mereka yang mencampakkan ide dan perayaan hari valentine, dan mereka yang membeo yaitu mereka yang tetap ikut-ikutan merayakaannya. Dan remaja muslim berkualitas, so pasti pilih yang pertama. Karena remaja cerdas, berani tegas suarakan “TOLAK VALENTINE”! [riafariana/voa-islam.com]

Thursday 2 February 2012

bukan cinta seperti itu yang aku maksud !!!!

Bukan cinta seperti itu yang aku maksud oleh Aghist Ramadhan sahabatku, aku memahami apa yang kau rasa.. walau mungkin rasa kasihmu sudah terlalu besar untuk kau pendam kepada kekasihmu... tapi tetaplah jaga kesucian cintamu tertutup rapat dalam istiqomahmu.. tak pernah bosan aku menegurmu dalam kekhilafanmu.. sebagaimana tak pernah bosan kau mengingatkanku sewaktu dulu agar tetap isqomah dijalanNYa.. persahabatan kita adalah karena Allah, jadi aku tak rela jika kau terjerumus dalam jalan yang tak diridhoiNya.. tapi tampaknya kau salah dalam memahami makna cinta sesungguhnya.. memang tempo hari, aku pernah memberikan penjelasan seputar cinta.. tapi bukan cinta seperti itulah yang aku maksudkan.. tidak sahabat baikku..bukan cinta seperti itu yang aku maksud.. bukan cinta yang sering kita jumpai dijalanan, dimana semua orang tak lagi tampak malu mengekspresikan cinta mereka di tempat umum.. bukan cinta yang mengumbar banyak janji tanpa kesungguhan hati.. apalagi hanya sekedar rayuan-rayuan basi.. sahabat baikku, cinta yang kumaksud itu.. bukan pula cinta yang hanya sekedar mengikat janji semu, janji yang tak ada tuntunan nya dalam agama kita.. sahabat, sering kita temui dan kita lihat, begitu banyaknya anak muda atau bahkan orang yang sudah berumur acapkali salah dalam memahami cinta yang mereka rasakan.. mereka memahami cinta sebatas kulit luarnya saja, sebatas apa yang sering media-media kafir propagandakan kepada kita.. lewat lagu-lagu merusak hati, tayangan televisi dan film yang merusak akal sehat.. mereka menelan mentah-mentah semua itu.. tanpa menyesuaikan terlebih dahulu dengan apa yang ada dalam ajaran islam yang fitrah ini.. seringkali karena cinta yang mereka rasa, mereka slalu ingin rasanya berdua saja dengan orang yang mereka cinta.. seringkali rasa rindu yang sangat menyerang mereka, dan mereka pun mengobatinya dengan bertemu sang kekasih hati mereka itu.. apakah itu benar dapat mengobati rasa rindu yang mereka rasakan? tidak itu sama sekali tidak benar, karena pertemuan2 dengan kekasih hanya malah akan membuat beban hati mereka semakin berat saja dan semakin tersiksa, saya teringat akan sabda Rasullullah SAW “Pandangan mata itu (laksana) anak panah beracun dari berbagai macam anak panah Iblis. Barang siapa menahan pandangannya dari keindahan-keindahan wanita, maka Allah mewariskan kelezatan di dalam hatinya, yang akan dia dapatkan hingga hari ia bertemu dengan Tuhannya.” (HR Ahmad) jadi jelas sahabatku, bukan cinta seperti itu yang aku maksud, karena justeru cinta seperti itu akan malah membuat hati ini semakin gelisah dan malah akan menjerumuskan kita kepada kemaksiatan lebih dalam.. jadilah mereka..memahami cinta memanglah seperti apa yang tampak dalam media-media kafir itu.. dan hasilnya? cinta itu telah banyak disekitar kehidupan kita, tampak jelas dalam taman-taman kota kita.. berdua memadu kasih dalam kegelapan taman kota, atau berdua memadu kasih dalam rapatnya kamar kost-kostan, berdua memadu kasih dalam aktivitas belajar di kampus atau sekolah atau tempat kerjanya atau berdua memadu kasih atas nama kasih sayang semu dan palsu.. padahal telah jelas sabda Rasul SAW tentang hal ini.. Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan perempuan (bukan mahram) karena yang ketiganya adalah syetan. (HR. Abu Dawud) “Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra 32) sahabatku,terus terang semua hal itu aku sampaikan bukan karena aku merasa akulah yang paling suci dan paling benar sendiri kau tahu bahwa aku juga hanyalah manusia biasa yang tempatnya hanyalah salah dan lupa.. dulu aku hanyalah musuh Allah dan bahkan sempat berada di tepi jurang nerakaNYA aku tampak baik hanyalah karena Allah telah menutupi Aib-aibku.. Mahasuci Allah yang telah menyelamatkanku dari gelapnya jurang kenistaan.. sahabat, kebenaran itu haruslah disampaikan, walaupun pahit rasanya, karena kebenaran itu pada akhirnya adalah untuk kebaikan kita bersama..untuk kebaikan hidup kita di dunia & akhirat kelak.. sahabatku, tempo hari memang aku menyampaikan kepadamu tentang arti cinta yang dapat menetramkan hati, cinta yang dapat membawaku dalam nuansa kenyamanan.. cinta yang dapat membawa kita dalam jalan hidup penuh berkah, cinta yang dapat membawa kita menggapai tangga taqwa, dan cinta yang dapat menjadi penentram hati yang gelisah tentu saja.. cinta yang ku maksud itu telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya sebagai berikut; “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (ar-Ruum: 21) sahabat, jadi sudah jelas solusinya adalah menikah, adapun jika memang kau belum mampu, maka berpuasalah, sebagaimana apa yang sudah Rasul katakan; “Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah.Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena ...sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim) untuk sebagian orang memang untuk mewujudkan niat mulia pernikahan itu tidaklah mudah, tapi ternyata anggapan itu salah besar,.. hal ini ditegaskan oleh Allah sendiri dalam firmanNya; “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nuur 32) “Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim) sahabatku, yakinlah dengan janji Allah, sebab Dia adalah Dzat yang tak mungkin mengingkari janji-janjiNYA wanita wanita yang keji adalah untuk laki laki yang keji,dan laki laki yang keji untuk laki laki yang keji (pula)dan wanita wanita yang baik adalah untuk laki laki yang baik,dan laki laki yang baik adalah untuk wanita yang baik (pula)...(TQS AN-NUUR : 26) (untuk teman sahabat dan saudariku ) BARRAKALLAHU FIIKUM Reaksi: Link ke posting ini Label: Hikmah Kehidupan , Kisah-kisah teladan

gap ama bokap karna beda zaman

Add to Technorati Favorites Buat kita-kita, ngomongin ortu pasti nggak ada abisnya. Celakanya, kebanyakan masalah negatif yang digosipin. Ortu cerewetlah, ortu nggak gau-lahl, nggak ngertiin apa keinginan dan maksud kitalah, dll. Walhasil, tak sedikit timbul gap antara kita ama ortu, terutama anak cewek ama bokap. Hm, sebenarnya ada apa dengan ortu? Kita bahas bareng-bareng yuk… KALO cewek deket ama ibu, itu seh wajar. Selain karena sama-sama wanita, intensitas interaksi anak dan ibu yang lebih tinggi membuat jalinan emosinya lebih kuat. Makanya, anak masih bisa nego kalo dimarahin ibu, misalkan. Soalnya lebih berani karena merasa lebih dekat. Tapi kalo ama ayah alias bokap, biasanya anak lebih takut. Mungkin karena wibawanya dan faktor ketidakdekatan tadi. Apalagi bagi anak cewek, suka ada gap ama bokapnya. Seperti yang dialami Lala, pelajar SLTP swasta di Bogor ini mengaku nggak deket ama bokapnya. ”Biasalah, bokap kan sibuk kerja. Jadi kalo ada masalah apa-apa, lapornya ya ke nyokap,” akunya. Alasan lain, bokap Lala terkesan cuek dengan urusan pribadinya. ”Paling kalo nanya sebatas formalitas aja. Soal sekolah doang,” cetusnya. Yang bikin kesel, udah nggak care ama urusannya, bokap tuh suka pelit urusan duit. Malah suka lupa dengan keperluan Lala. ”Lala udah diijinin les Bahasa Inggris, tapi giliran minta duit buat bayaran malah lupa. Pernah juga janjiin mo jalan-jalan, malah rapat. Bete, kan,” katanya ketus. Dian, penghuni kampus rakyat IPB lain lagi. Bokapnya mah terkenal loyal soal urusan anaknya, termasuk urusan duit. Malah Dian mengakui kalau ayahnya itu baik banget. Empatinya juga tinggi. But, tetap aja Dian ngerasa nggak deket. ”Soalnya itu bapak tiri,” akunya (oh, gitu). Dian emang sengaja menjaga jarak, meski ayah tirinya itu mencoba deket ama dia. So, mereka nggak pernah nyambung satu sama laen. Tira, karyawan swasta yang bekerja di lembaga pendidikan ini juga punya cerita sama. Doi nggak suka tipe bokapnya yang suka maksa. “Pernah dulu dipaksa supaya kuliah di ekonomi, tapi aku kan lebih suka sastra, jadi ya berantem deh,” katanya. Sampai kini bokapnya suka mengungkit-ungkit masalah itu. Apalagi melihat hasil kerja Tira yang belum seberapa. “Penghasilanku emang pas-pasan, tapi yang penting bisa mandiri,” kata cewek berkacamata minus ini. Beda jaman bukan alasan Banyak yang memandang gap alias jarak antara anak dan ortu, spesial bokap, terjadi karena perbedaan jaman. Kita sama ortu berasal dari generasi yang berbeda. Mungkin pada waktu mereka jadi remaja kayak kita, belum ada komputer, belum ada internet, belum banyak tempat-tempat dugem and tempat nongkrong kayak sekarang ini. Pastinya mereka nggak bakalan ngerti dong tentang apa yang ada di tempat-tempat dugem atawa tempat nongkrong remaja. Trus, apa yang dulu mereka anggap tabu, sekarang malah udah biasa. Misal anak cewek pulang malam, dulu nggak lazim, sekarang dianggap udah biasa. Selain itu, usia dan pengalaman hidup ortu menyebabkan mereka seolah orang yang paling tahu segalanya. Ada nasehat, ada larangan, harus ini, harus itu. Kebanyakan kita menolak semua yang dikasih tahu orangtua dengan alasan ketinggalan jaman. Jadinya, karena alasan beda jaman itu, terjadinya gap antara ortu dan anaknya dianggap lumrah. Fatalnya, ortu yang sering disalahkan karena dianggap nggak ngerti dunia remaja masa kini. Tentu saja nggak semuanya bener, Non. Gap emang bisa saja terjadi. But, itu pasti muncul karena saling mempertahankan ego dan perbedaan standar dalam memandang segala sesuatu. Misal karena perbedaan norma dan pola pikir. Akibatnya, ada bokap yang kurang perhatian dan kasih sayang karena kesibukannya. Ada pula yang mendidik terlalu ketat atau sebaliknya, terlalu bebas tanpa adanya pengarahan yang jelas. Perbedaan pandangan hidup dan cita-cita antara anak dan ortu juga bisa bikin ngarai pemisah yang dalam. Padahal, kalau antara ortu dan anak punya pola pikir yang sama dalam memandang hidup, perbedaan-perbedaan keduanya nggak bakal terjadi. Apa pola pikir yang sama itu? Tentu saja pola pikir Islam. Sebab Islam memiliki standar yang jelas dalam memandang segala sesuatu. Standar itu adalah halal dan haram yang bersumber langsung dari Allah Swt, Sang Pencipta manusia. Apa yang dikatakan halal, berarti boleh dikerjakan dan yang haram wajib ditinggalkan. Standar seperti ini tak akan berubah karena perubahan jaman dan sama di belahan bumi manapun. So, nggak bakalan ada alasan karena beda jaman pandangan ortu dan anak jadi beda. Coba bayangin, kalau bokap and nyokap kamu paham Islam, kamunya juga ngelotok soal hukum syara, pasti dah klop. Soal bergaul misalkan. Ortu kamu nggak bakal reseh saat kamu udah semester tujuh tapi masih jomblo alias STMJ. Kamunya juga bisa tenang-tenang ngelanjutin kuliah. Soalnya,? antara kamu dan ortu sama-sama punya pandangan bahwa pacaran itu haram. Selain itu, tentunya juga sama-sama ngeh bahwa jodoh itu di tangan Allah. Ortu juga nggak bakal ketar-ketir karena tahu anaknya nggak suka dugem. Soalnya kamu nggak merengek minta ijin ngedugem yang di jaman ortu kamu belon ada. Soal selera musik juga gitu. Kalo ortu kamu paham Islam, mustinya ngajarin kamu buat mencintai lagu-lagu bernuansa religius dong. Kamunya juga gitu, karena paham musik itu bisa mengusung ideologi Barat yang sesat, jadi selektif ndengerin lagu-lagu. So, nggak bikin kesel ortu karena nyetel heavy metal yang bikin berisik itu. Emang seh, soal selera bisa beda-beda, tapi nggak menyentuh masalah prinsip sehingga peluang terjadinya konflik Insya Allah bakalan keciiiil. Jadi, gap ortu dan anak bukan terjadi sekadar karena perubahan jaman. Jaman emang berubah, tapi toh kebutuhan hidup remaja dulu ama sekarang tetep sama. Bentuk dan modelnya aja yang beda. Lagian, seruan Allah bagi remaja dulu dan kini sama saja. Hanya masalah teknis aja yang mungkin beda. Menembus Gap Yang jelas, gap yang terjadi biasanya menyebabkan terganggunya atau bahkan putusnya komunikasi di antara kita sama ortu. Jika hal ini dibiarkan lama, akan menimbulkan prasangka-prasangka yang tidak baik. Itu sebabnya, sebaiknya salah satu harus ada yang mau mengalah, dalam hal ini orangtua akan lebih berpotensi mengalah. Tapi apa salahnya jika kita mulai mengalah lebih dulu demi terjalinnya komunikasi yang baik dengan orangtua. Oya, ?sudah tentu akan tercipta hubungan berkeluarga yang baik, walaupun berbeda generasi. So, jangan buru-buru memberontak. Inget lho, kita masih sangat tergantung dengan orangtua, dan belum bisa mencapai kemandirian yang sempurna sebagai manusia. Seandainya gap antara ortu dan kita terjadi semakin jauh. Akan mengakibatkan masalah-masalah baru dalam keluarga atau bahkan lingkungan bermasyarakat. Ketika gap antara ortu dan kita terjadi semakin menjauh, biasanya kita akan mencari lingkungan diluar keluarga untuk menggantikan orangtua dan keluarga. Kalau sudah terjadi seperti itu maka ada dua kemungkinan, kita sebagai remaja menjadi seorang yang benar-benar baik atau menjadi seorang yang benar-benar tidak baik. Salah-salah kita bisa terjerumus kedalam dunia hitam pergaulan, seperti kecanduan “drugs”, prostitusi, dlsb. Jadi ada dua kemungkinan akibat adanya gap antara orangtua dan kita, bisa negatif dan bisa positif. Semuanya tergantung didikan orangtuanya dan kesadaran diri kita sebagai remaja. Dibantu juga oleh lingkungan dimana kita tinggal dan bergaul. Ketika kita merasa adanya gap antara ortu, hendaknya kita mempunyai sikap yang jelas dan positif dalam menghadapi permasalahan. Kita harus bisa memahami orangtua jangan sampai terlalu memberontak terhadap orangtua. Kita harus belajar menerima apa yang orangtua katakan, walaupun sebetulnya ada penolakan dalam diri. Kita coba menjelaskan apa yang ada di kepala kita dengan sabar kepada orangtua. Dan cobalah yakinkan orangtua bahwa norma dan pola pikir dari orangtua sudah tidak ‘update’ lagi. Oya, harus segera di’update’ tuh. Selain itu kita juga harus mempunyai norma dan pola pikir yang lebih baik dan lebih lengkap dari orangtua. Dan untuk itu kita sebagai remaja harus bisa mencari dan memilah norma dan pola pikir orangtua yang masih bisa diterima dan dilengkapi pola pikir dan norma yang benar berdasar syara’. So, jangan semata-mata menjadikan norma yang berlaku di masa kini sebagai rujukan. Itu bisa salah besar, Non! So, seandainya terlanjur terjadi gap dengan ortu, jangan malah mencari pelarian. Jangan mudah terpengaruh oleh keadaan. Jaga pergaulan jangan sampai terjerumus ke tempat yang ‘gelap’. Cari akar masalahnya dan selesaikan. Tentunya dengan landasan akdah Islam. Dijamin pasti bisa diselesaikan. [asri] /// Kenali Tipe-tipe Ortu Punya ortu dengan kekurangan dan kelebihan apapun, tetap harus kamu syukuri. Bagaimanapun merekalah yang berjasa melahirkan kita ke muka bumi ini. Tapi, coba deh kamu pilah-pilah, kira-kira ortu kamu tipe kayak apa. Dengan begitu, kamu bisa mensiasati cara menghadapi perilaku mereka, kalo nggak bisa merubahnya sama sekali. So, siapa tahu klasifikasi tipe-tipe ortu di bawah ini bisa membantu. 1. Ortu Cerewet Biasanya seh tipe suka melakukan intervensi untuk segala urusan anaknya, meski kadang nggak memaksa. Cenderung perfeksionis. Kalau mengomentari segala sesuatu, meskipun hal yang sepele, nggak cukup satu kalimat. Butuh dua ampe tiga alinea. Apalagi kalau ngomentari kesalahan, wah…ditambah bumbu emosi, jadinya kalo diketik satu halaman folio full. Kecerewetannya itu nggak selalu negatif lho. Soalnya anak kadang perlu dicerewetin. Tapi yang pasti, untuk menghadapi ortu tipe gini, kamu kudu sabar. Jangan ikut-ikutan emosi saat hobi nyap-nyapnya dateng, bisa perang ntar. Jangan pula terlalu diambil ati saat ortu sedang marah-marah. Biasanya itu cuma di bibir aja, besok-besok bakal dilupain. Lagian, ortu begini juga gampang ngasih masukan, saran dan kritik yang kamu butuhkan. So, kamu kudu tetep bersyukur punya ortu model gini. 2. Ortu Cuek Nah, ini tipe ortu yang kagak mau tahu urusan anaknya, kecuali kebutuhan material sehari-hari. Ortu gini tahunya cuma ngurusin kebutuhan makan, pakaian, peralatan sekolah atawa uang saku kamu. Urusan prestasi, kamu bergaul ama siapa, punya masalah apa, nggak mau pusing. Biasanya ortu model gini baru kebakaran jenggot pas anaknya udah ‘jatuh’, misal terjerumus dalam narkoba, MBA, nggak naik kelas, dll. Menghadapi ortu kayak gini, kamu musti agresif. Jalinlah komunikasi terus-menerus, jangan malah ‘melarikan diri’ mencari sosok lain. Ceritakanlah, sekalipun hal-hal kecil yang kamu alami hari itu agar ortu kamu berempati. Mintalah pendapatnya atas segala hal agar ortu merasa kamu butuh mereka. So, jangan malah memanfaatkan kecuekan ortu untuk bebas lepas seperti anak ayam kehilangan induknya. 3. Ortu Killer Ini ortu yang suka maksain kehendak dan juga suka intervensi segala urusan. Maunya anak nurutin segala keinginannya. Mereka banyak menuntut. Malah kadang pake ancaman segala. Misal ‘kalo kamu tetep pake jilbab, nggak bakal dikasih uang saku.’ Ortu model gini cenderung overprotektif, serba nggak boleh. Walhasil, anak akan terkekang kreativitas dan pola pikirnya. Nah, biar kamu nggak ribut-ribut ama ortu model gini, cobalah selami dan pahami pola pikir mereka, keinginan mereka dan kalo memungkinkan, korek masa remaja mereka. Nggak sedikit ortu killer karena ‘balas dendam’ masa lalunya. So, kalo suasana lagi mood, mintalah mereka cerita gimana masa remajanya. Nah, di situ kamu bisa balik cerita bagaimana dunia remajamu saat ini, harapan dan obsesi kamu. Siapa tahu mereka malah salut ama pendirian kamu dan? nggak maksain kehendaknya. 4. Ortu Gaul Ini termasuk ortu yang ngerti banget kebutuhan remaja masa kini. Positifnya, ortu peduli ama kamu. Misal ikut menggenjot prestasi kamu dengan mengijinkan les tetek-bengek, nggak pelit soal duit, mudah diajak komunikasi, ramah ama temen-temen kamu, dll. Pokoknya kompromistis deh. Negatifnya, ortu model gini cenderung permisifisme alias serba boleh. Malah cenderung suka terbawa arus. Demi gaul, modern dan trend, suka nyaranin kamu dengan hal-hal masa kini. Padahal trend yang berkembang saat ini adalah budaya hedonisme Barat yang tentu saja bertentangan dengan Islam. So, nggak heran bila ortu suka risih ngeliat anaknya masih jomblo, nggak gaul, pakaian nggak ngetrend, dll. Nah, bila ortu kamu model gini, kamu musti bersyukur karena punya peluang besar untuk mendapatkan segala kebutuhan dan keinginan kamu. Cuman, kalo terkait dengan hal-hal yang berbeda dengan trend yang ada, kamu emang kudu sedikit kerja keras untuk mengarahkan pemahaman ortu agar sejalan dengan kamu. Misal soal pergaulan dan pakaian kamu yang tentunya kudu Islami, beda ama pemahaman ortu. 5. Ortu Idaman Tentu saja nggak ada ortu sempurna di dunia ini yang bisa disebut ortu idaman. Tak heran bila seringkali, setiap anak kadang selalu menganggap ortunyalah yang terbaik, atau sebaliknya, paling buruk. But yang jelas, ortu yang baik tentunya yang bisa mengarahkan kamu menjadi pribadi yang kuat, menjadikan kamu anak sholeh dan sholehah, ngerti kebutuhan dan keinginan kamu, nggak memaksakan kehendak dan? bertanggungjawab. Ortu yang bisa jadi sahabat, tempat menumpahkan suka dan duka. [asri] [pernah dimuat di Majalah PERMATA, edisi Desember 2003]

kerudung ala demokrasi

Posted in OnlyGirl by Amira Mehnaaz on the May 3rd, 2009 Add to Technorati Favorites Boom, here to rock ya Boom, never stop, no Boom, raise up high boom boom boom boom heya heya yeah heya boom yeah yeah heya Petikan lirik lagu itu pasti udah akrab di telinga kamu-kamu. Theme song-nya World Cup 2002 yang dilantunin Anastacia itu, hampir tiap hari membahana, khususnya di teve! Maklum, sekarang lagi pada demam sepakbola. Dan ngomong-ngomong soal bola, diantara kamu-kamu pasti ada yang lagi gila bola (gibol), kan? Ayo ngaku! CEWEK gandrung bola emang udah nggak asing lagi. Bahkan, bukan lagi sebatas sebagai penonton tapi juga pemain. Buktinya sekarang udah ada kesebelasan wanita dan juga pertandingan sepak bola wanita. Emang, World Cup khusus wanita belon ada sich. Tapi, bukan tidak mungkin kalo makin banyak penggemarnya en nuntut diadakan, pasti bakal digeber piala dunia wanita. Tapi, sebetulnya gimana sich hukumnya kalo cewek demen olah raga yang ngandelin kekuatan fisik dan ketrampilan kaki itu? Bagaimana pula komentar temen-temen kamu soal gibol? “Menurut gue sich, sah-sah aja. Soalnya kan sekarang jamanya emansipasi. Cewek demam bola itu biasa “ tutur Widi, sapaan karib Dwi Widianti, siswi sebuah SMU swasta di Bogor. Menurutnya, sepak bola sekarang emang bukan lagi monopoli kaumnya David Bechkam aza. Tapi, generasi Victoria Beckham juga bisa mainin bola. Lu juga demen bola juga Wid? “Nggak gila-gila banget sich! Paling kalo even akbar macam World Cup gini aja gue bela-belain nonton bola. Kalo pertandingan dalam negeri sih, nggak nafsu!Apalagi main bola , ogah ah…..kayaknya capek,” urai gadis lesung pipi ini. Widi ngaku suka nonton bola karena terpengaruh kakak cowoknya yang rada maniak bola. “Padahal motif utama sich, cuma ngecengin pemain-pemainnya yang kece-kece itu,” imbuhnya sembari nyebutin beberapa bintang-bintang lapangan rumput gacoannya. Lain lagi komentar Rizka, tamatan sekolah kejuruan tahun lalu yang sekarang masih nganggur ini. Menurutnya, cewek demen bola berarti nggak pedhe dengan kodratnya sebagai wanita. Soalnya, sepak bola nggak menunjukkan kefemininan. “Bola terlalu maskulin. Mbokya pilih olah raga yang feminin, gitu lho! Misalnya senam, renang, kan lebih asyik. Atau bola voley, tenis, dan bulu tangkis juga okey,” ungkapnya kepada Permata. Hanya saja, lanjutnya, supaya nggak kuper, cewek kudu tahu soal sepak bola.“Yah minimal tahu sekarang lagi ada World Cup. Trus, tahu-tahu dikitlah nama-nama pemain top dunia, biar nggak kuper aja. Tapi nggak usah jadi ……..pemain bola,” imbuhnya dengan nada seperti ucapan gadis kecil dalam sebuah iklan di teve. “Kalo aku sih nggak doyan bola,” timpal Sari. (Lha, emang bola bukan makanan kok, Sar!) “Maksudku, mikirin bola tuh cuman buang-buang waktu aja. Apalagi kalo ikutan main bola, udah buang waktu, buang energi, buang keringat, bau donk…,” celotehnya. “Mending buat belajar,” cetus cewek yang bentar lagi mo nglepas seragam abu-abu putihnya ini.(Iya, soalnya kamu mo UMPTN! Makanya nggak demen bola). Pengaruh Lingkungan Sepak bola atau olah raga apapun, rata-rata emang nggak pandang bulu, bisa disukai cowok maupun cewek. Tinju, angkat besi, atawa balap mobil yang tergolong olah raga keras pun sekarang, banyak digemari cewek. Jadi, kalo ada cewek-cewek gandrung bola itu biasa. Dan dari komentar temen-temen kamu diatas, bisa disimpulin bahwa ada beberapa faktor kenapa cewek jadi gibol. Pertama, karena terpengaruh lingkungan. Tinggal di lingkungan keluarga yang demen bola misalnya, bisa menjadi sebab cewek menjadi jadi suka bola. Yah, seperti yang dialami temen kamu Widi itu. Kedua, biar nggak dianggap kuper. Bola emang bukan olah raga yang ‘mewah’ kayak golf misalnya, tapi jadi gengsi kalo dalam pergaulan kita kuper masalah bola. Tengsin kan, kalo sampai gebyar piala dunia yang hanya digelar 4 tahun sekali itu kita nggak tahu menahu. Apalagi kalo temen-temen bergaul kita para suporter sepak bola, bisa-bisa kita dibilang kuper. Ketiga, sekadar iseng. Misalnya buat ngecengin bintang-bintang top sepak bola dunia. Maklum, bintang rumput yang sebagian besar punya tampang cute, pamornya bisa ngalahin selebriti dunia. Malah, kadang selebriti aja pada ngefans ama mereka. Dulu, Madonna aja kesengsem ama Roberto Bagio. Selain itu, juga buat sekadar ngisi waktu luang. Mungkin karena nggak ada kerjaan (hik..hik.., bukan nyinggung Rizka lho!), trus di teve adanya siaran bola melulu, ya udah, nonton bola. Apalagi, iklannya aja udah berbulan-bulan sebelum even itu digelar, udah digembar-gemborin. Bagaimana tidak terpengaruh. Gibol Bola Boleh, Tapi… Sepak bola atawa olahraga lainnya, termasuk jenis permainan atau lahwun dalam bahasa Arab, yang diperbolehkan Islam. Artinya, olah raga merupakan aktivitas yang mubah dilaksanakan sebagaimana Rasul bersabda “Hendaklah kalian senantiasa berlatih memanah, karena ia merupakan sebaik-baiknya permainan,” (HR Al-Bazzar & Ath- Thabrani dari Saad). Dari pengertian hadist di atas disimpulkan, memanah dan permainan/olahraga di bolehkan kecuali yang diharamkan, semisal judi. Lahwun yang diutamakan dalam Islam adalah yang membina kesehatan fisik dan mental Muslim untuk menjadi mujahid. Ya, misalnya memanah, berkuda, renang, lari, dll. Sebab, Allah mencintai hambanya yang sehat dan kuat, tidak loyo end sakit-sakitan. Tentu saja, asalkan permainan atau olahraga itu tidak sampai meninggalkan kewajiban. Demikian pula sepak bola, bisa dikategorikan olahraga yang dibolehkan, jika memang tujuannya untuk membina kesehatan. Lain halnya dengan fakta sekarang, dimana sepak bola sudah jadi profesi, lantas diorganisir sedemikian rupa. Sehingga, realitas menunjukkan, olah raga yang diorganisir itu telah melailaikan umat dari kewajiban-kewajibannya. Buktinya, orang yang udah kadung terjun jadi olahragawan akhirnya lupa melaksanakan kewajiban. Misalnya jadwal pertandingan yang nggak memperhitungkan waktu shalat. Penontonnya juga gitu, suka lupa waktu kalo lagi asyik nonton olagraga kegemarannya. Khusus buat cewek, memilih profesi sebagai olahragawan, juga sangat riskan. Besar peluangnya kamu bakal ninggalin kewajiban. Pertama, kamu nggak bebas menggunakan busana muslimah, sementara busana muslimah itu wajib hukumnya. Masak iya, gara-gara aktivitas mubah (olahraga) kamu ninggalin kewajiban berjilbab dan berkerudung? Jangan sampai terjadi deh. Kita sebagai muslimah harus punya awlawiyat (skala prioritas). Yang wajib, musti didahuluin daripada yang mubah. Sementara olahragawati saat ini, bajunya makin lama makin minim, hingga menampakkan aurat. Kedua, kamu pasti terbentur aktivitas ikhtilat, yakni campur baurnya laki-laki dan perempuan tanpa hajat syar’i (kepentingan yang dibolehkan syara’). Lihat aja faktanya, antara pemain dan penonton laki-laki dan perempuan campur baur. Bahkan, bisa kena ikhtilat. Misalnya kamu punya pelatih cowok, lantas latihan berdua-duaan aja. Wah, udah pasti yang ketiganya setan. Ketiga, kamu nggak boleh menampakkan kecantikanmu (tabaruj). Padahal, faktanya bintang lapangan cewek sekarang, layaknya selebriti. Penampilan mereka disorot, cara dandan dan cara berpakaian, sontak jadi trend setter kaula muda. Padahal dalam salah satu hadits dikatakan “Jika seorang wanita berjalan dan tercium baunya (lalu laki- laki berpaling padanya) maka ia seperti berzina” Naudzubillahi min dzalik. Kalo udah gitu nggak usah deh punya cita-cita pengen jadi pemain bola. Masih banyak kok kewajiban yang kudu kamu jalanin. Misalnya menuntut ilmu,membantu ortu, berdakwah, dll. Mendingan waktumu kamu manfaatin buat hal-hal yang lebih berguna. Trus gimana donk, buat yang udah terlanjur gibol? Kalau sekadar nonton lewat teve sih, boleh aja. Tapi, ya itu tadi, jangan sampai lupa diri. Lupa shalat, enggan membantu ortu atau malas belajar misalnya. Dan lagi, lebih baik kamu manfaatin waktu buat aktivitas yang lebih bermanfaat. Bukankah Allah berfirman “…maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (TQS Al-Baqarah: 148)?[asri] ——boks ——- Realita Dibalik Olahraga yang Diorganisir 1.Olahraga yang diorganisir macam piala dunia atawa olimpiade, sengaja dirancang orang-orang kafir (Zionis) untuk melenakan umat Muslim. Ini bisa disimak dalam buku rencana- rencana Zionisme menguasai dunia atau Protocols of Zion poin ke 13 yang diterbitkan Prof. Sergyei Nilus di Rusia tahun 1902. Intinya “Zionisme merencanakan hendak mengundang masyarakat melalui surat-surat kabar waktu itu, untuk mengikuti berbagai lomba yang sudah diprogram. Diharapkan kesenangan baru yang diciptakan itu secara perlahan akan melenakan muslim dari konflik- konflik politik kaum muslimin dengan bangsa Yahudi.” 2. Olahraga yang diorganisir memang telah melenakan umat dari aktivitas yang lebih utama. Coba hitung, berapa jam lamanya seorang atlet –yang Muslim– latihan biar berprestasi? Trus, penontonnya juga. Berapa jam sehari harus menghabiskan waktu untuk mengikuti pertandingan? Berapa jam pula menyibukkan diri menyimak ulasan-ulasan pengamat olahraga, baik dari mediacetak maupun audovisual? Bandingkan dengan waktu yang dia habiskan untuk ibadah, belajar ilmu Islam, berdakwah atau bahkan jihad. Padahal olah raga hukumnya ‘hanya’ mubah, yang boleh jadi tak berpahala, bahkan bisa menjerumuskan pada hal-hal haram. 3. Olahraga yang diorganisir menyedot dana yang tidak sedikit, diantaranya dari kalangan kaum Muslimin. Siapa yang diuntungkan dari hasil penjualan tiket masuk pertandingan? Tentu saja penyelenggara. Di sisi lain, kadang penyelenggara menghimpun dana dari hal- hal yang diharamkan. Dulu di Indonesia untuk menghimpun dana diciptakan Porkas, lalu SDSB, dan Damura, yang semuanya nota bene judi. 4. Tingginya prestasi olahraga suatu negara tidak otomatis menjadikan suatu negara menjadi makmur. Argentina misalnya, bisa dibilang empunya sepak bola dunia. Tapi kini kondisi ekonominya carut marut. Paling-paling yang makmur hanya atlet dan ofisialnya saja. Sebaliknya Kuwait atau Brunei Darusalam, yang prestasi olah raganya bisa dibilang nol, taraf perekonomianya jauh lebih mapan. Jadi, tak ada gunanya negara menggenjot prestasi olahraga, toh tak berpengaruh pada kesejahteraan rakyat. 5 Adanya pertandingan, menyuburkan perjudian. Lihat saja pasar-pasar taruhan sekarang lagi rame dengan digelarnya World Cup. Mulai yang omzetnya jutaan dolar, sampai taruhan-taruhan kecil yang nilainya mungkin hanya ribuan perak di warung-warung kopi. Baik di pasar taruhan profesional maupun sekadar iseng, toh namanya tetap perjudian yang haram hukumnya. “Sesungguhnya minum khamer, berjudi, berkorban untuk berhala…adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan.”(TQS Al-Maidah:90) 6. Klaim bahwa olahraga mampu menjadi pemersatu umat, sebagaimana pernah dikatakan mantan Presiden AS Bill Clinton dalam pembukaan World Cup 1994, “Sepak bola adalah bahasa universal untuk mempersatukan manusia”, adalah omong kosong. Sebaliknya, pertandingan olahraga malah menjadi sumber perpecahan. Hooligans (supertor) rela berantem demi membela tim kesayangannya. Olahraga juga sering menimbulkan fitnah. Misalnya wasit diteror gara-gara dianggap berat sebelah, atau malah pemainnya yang celaka. Ingat terbunuhnyan Andreas Escobar, pemain Colombia di Piala Dunia 1994 gara-gara gol bunuh dirinya? Lebih dari itu, pertandingan antar negara, bisa memicu semangat nasionalisme (kebangsaan) yang jelas-jelas bisa memecah belah umat. Nah, kita sebagai Muslim, tentu nggak mau dong dilenakan oleh permainan yang ternyata banyak membawa mudharat itu! Iya, kan?!![asri] [pernah dimuat di rubrik "Banaat", Majalah PERMATA, Juni 2002

kalo cewek gila bola

Posted in OnlyGirl by Amira Mehnaaz on the May 3rd, 2009 Add to Technorati Favorites Boom, here to rock ya Boom, never stop, no Boom, raise up high boom boom boom boom heya heya yeah heya boom yeah yeah heya Petikan lirik lagu itu pasti udah akrab di telinga kamu-kamu. Theme song-nya World Cup 2002 yang dilantunin Anastacia itu, hampir tiap hari membahana, khususnya di teve! Maklum, sekarang lagi pada demam sepakbola. Dan ngomong-ngomong soal bola, diantara kamu-kamu pasti ada yang lagi gila bola (gibol), kan? Ayo ngaku! CEWEK gandrung bola emang udah nggak asing lagi. Bahkan, bukan lagi sebatas sebagai penonton tapi juga pemain. Buktinya sekarang udah ada kesebelasan wanita dan juga pertandingan sepak bola wanita. Emang, World Cup khusus wanita belon ada sich. Tapi, bukan tidak mungkin kalo makin banyak penggemarnya en nuntut diadakan, pasti bakal digeber piala dunia wanita. Tapi, sebetulnya gimana sich hukumnya kalo cewek demen olah raga yang ngandelin kekuatan fisik dan ketrampilan kaki itu? Bagaimana pula komentar temen-temen kamu soal gibol? “Menurut gue sich, sah-sah aja. Soalnya kan sekarang jamanya emansipasi. Cewek demam bola itu biasa “ tutur Widi, sapaan karib Dwi Widianti, siswi sebuah SMU swasta di Bogor. Menurutnya, sepak bola sekarang emang bukan lagi monopoli kaumnya David Bechkam aza. Tapi, generasi Victoria Beckham juga bisa mainin bola. Lu juga demen bola juga Wid? “Nggak gila-gila banget sich! Paling kalo even akbar macam World Cup gini aja gue bela-belain nonton bola. Kalo pertandingan dalam negeri sih, nggak nafsu!Apalagi main bola , ogah ah…..kayaknya capek,” urai gadis lesung pipi ini. Widi ngaku suka nonton bola karena terpengaruh kakak cowoknya yang rada maniak bola. “Padahal motif utama sich, cuma ngecengin pemain-pemainnya yang kece-kece itu,” imbuhnya sembari nyebutin beberapa bintang-bintang lapangan rumput gacoannya. Lain lagi komentar Rizka, tamatan sekolah kejuruan tahun lalu yang sekarang masih nganggur ini. Menurutnya, cewek demen bola berarti nggak pedhe dengan kodratnya sebagai wanita. Soalnya, sepak bola nggak menunjukkan kefemininan. “Bola terlalu maskulin. Mbokya pilih olah raga yang feminin, gitu lho! Misalnya senam, renang, kan lebih asyik. Atau bola voley, tenis, dan bulu tangkis juga okey,” ungkapnya kepada Permata. Hanya saja, lanjutnya, supaya nggak kuper, cewek kudu tahu soal sepak bola.“Yah minimal tahu sekarang lagi ada World Cup. Trus, tahu-tahu dikitlah nama-nama pemain top dunia, biar nggak kuper aja. Tapi nggak usah jadi ……..pemain bola,” imbuhnya dengan nada seperti ucapan gadis kecil dalam sebuah iklan di teve. “Kalo aku sih nggak doyan bola,” timpal Sari. (Lha, emang bola bukan makanan kok, Sar!) “Maksudku, mikirin bola tuh cuman buang-buang waktu aja. Apalagi kalo ikutan main bola, udah buang waktu, buang energi, buang keringat, bau donk…,” celotehnya. “Mending buat belajar,” cetus cewek yang bentar lagi mo nglepas seragam abu-abu putihnya ini.(Iya, soalnya kamu mo UMPTN! Makanya nggak demen bola). Pengaruh Lingkungan Sepak bola atau olah raga apapun, rata-rata emang nggak pandang bulu, bisa disukai cowok maupun cewek. Tinju, angkat besi, atawa balap mobil yang tergolong olah raga keras pun sekarang, banyak digemari cewek. Jadi, kalo ada cewek-cewek gandrung bola itu biasa. Dan dari komentar temen-temen kamu diatas, bisa disimpulin bahwa ada beberapa faktor kenapa cewek jadi gibol. Pertama, karena terpengaruh lingkungan. Tinggal di lingkungan keluarga yang demen bola misalnya, bisa menjadi sebab cewek menjadi jadi suka bola. Yah, seperti yang dialami temen kamu Widi itu. Kedua, biar nggak dianggap kuper. Bola emang bukan olah raga yang ‘mewah’ kayak golf misalnya, tapi jadi gengsi kalo dalam pergaulan kita kuper masalah bola. Tengsin kan, kalo sampai gebyar piala dunia yang hanya digelar 4 tahun sekali itu kita nggak tahu menahu. Apalagi kalo temen-temen bergaul kita para suporter sepak bola, bisa-bisa kita dibilang kuper. Ketiga, sekadar iseng. Misalnya buat ngecengin bintang-bintang top sepak bola dunia. Maklum, bintang rumput yang sebagian besar punya tampang cute, pamornya bisa ngalahin selebriti dunia. Malah, kadang selebriti aja pada ngefans ama mereka. Dulu, Madonna aja kesengsem ama Roberto Bagio. Selain itu, juga buat sekadar ngisi waktu luang. Mungkin karena nggak ada kerjaan (hik..hik.., bukan nyinggung Rizka lho!), trus di teve adanya siaran bola melulu, ya udah, nonton bola. Apalagi, iklannya aja udah berbulan-bulan sebelum even itu digelar, udah digembar-gemborin. Bagaimana tidak terpengaruh. Gibol Bola Boleh, Tapi… Sepak bola atawa olahraga lainnya, termasuk jenis permainan atau lahwun dalam bahasa Arab, yang diperbolehkan Islam. Artinya, olah raga merupakan aktivitas yang mubah dilaksanakan sebagaimana Rasul bersabda “Hendaklah kalian senantiasa berlatih memanah, karena ia merupakan sebaik-baiknya permainan,” (HR Al-Bazzar & Ath- Thabrani dari Saad). Dari pengertian hadist di atas disimpulkan, memanah dan permainan/olahraga di bolehkan kecuali yang diharamkan, semisal judi. Lahwun yang diutamakan dalam Islam adalah yang membina kesehatan fisik dan mental Muslim untuk menjadi mujahid. Ya, misalnya memanah, berkuda, renang, lari, dll. Sebab, Allah mencintai hambanya yang sehat dan kuat, tidak loyo end sakit-sakitan. Tentu saja, asalkan permainan atau olahraga itu tidak sampai meninggalkan kewajiban. Demikian pula sepak bola, bisa dikategorikan olahraga yang dibolehkan, jika memang tujuannya untuk membina kesehatan. Lain halnya dengan fakta sekarang, dimana sepak bola sudah jadi profesi, lantas diorganisir sedemikian rupa. Sehingga, realitas menunjukkan, olah raga yang diorganisir itu telah melailaikan umat dari kewajiban-kewajibannya. Buktinya, orang yang udah kadung terjun jadi olahragawan akhirnya lupa melaksanakan kewajiban. Misalnya jadwal pertandingan yang nggak memperhitungkan waktu shalat. Penontonnya juga gitu, suka lupa waktu kalo lagi asyik nonton olagraga kegemarannya. Khusus buat cewek, memilih profesi sebagai olahragawan, juga sangat riskan. Besar peluangnya kamu bakal ninggalin kewajiban. Pertama, kamu nggak bebas menggunakan busana muslimah, sementara busana muslimah itu wajib hukumnya. Masak iya, gara-gara aktivitas mubah (olahraga) kamu ninggalin kewajiban berjilbab dan berkerudung? Jangan sampai terjadi deh. Kita sebagai muslimah harus punya awlawiyat (skala prioritas). Yang wajib, musti didahuluin daripada yang mubah. Sementara olahragawati saat ini, bajunya makin lama makin minim, hingga menampakkan aurat. Kedua, kamu pasti terbentur aktivitas ikhtilat, yakni campur baurnya laki-laki dan perempuan tanpa hajat syar’i (kepentingan yang dibolehkan syara’). Lihat aja faktanya, antara pemain dan penonton laki-laki dan perempuan campur baur. Bahkan, bisa kena ikhtilat. Misalnya kamu punya pelatih cowok, lantas latihan berdua-duaan aja. Wah, udah pasti yang ketiganya setan. Ketiga, kamu nggak boleh menampakkan kecantikanmu (tabaruj). Padahal, faktanya bintang lapangan cewek sekarang, layaknya selebriti. Penampilan mereka disorot, cara dandan dan cara berpakaian, sontak jadi trend setter kaula muda. Padahal dalam salah satu hadits dikatakan “Jika seorang wanita berjalan dan tercium baunya (lalu laki- laki berpaling padanya) maka ia seperti berzina” Naudzubillahi min dzalik. Kalo udah gitu nggak usah deh punya cita-cita pengen jadi pemain bola. Masih banyak kok kewajiban yang kudu kamu jalanin. Misalnya menuntut ilmu,membantu ortu, berdakwah, dll. Mendingan waktumu kamu manfaatin buat hal-hal yang lebih berguna. Trus gimana donk, buat yang udah terlanjur gibol? Kalau sekadar nonton lewat teve sih, boleh aja. Tapi, ya itu tadi, jangan sampai lupa diri. Lupa shalat, enggan membantu ortu atau malas belajar misalnya. Dan lagi, lebih baik kamu manfaatin waktu buat aktivitas yang lebih bermanfaat. Bukankah Allah berfirman “…maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (TQS Al-Baqarah: 148)?[asri] ——boks ——- Realita Dibalik Olahraga yang Diorganisir 1.Olahraga yang diorganisir macam piala dunia atawa olimpiade, sengaja dirancang orang-orang kafir (Zionis) untuk melenakan umat Muslim. Ini bisa disimak dalam buku rencana- rencana Zionisme menguasai dunia atau Protocols of Zion poin ke 13 yang diterbitkan Prof. Sergyei Nilus di Rusia tahun 1902. Intinya “Zionisme merencanakan hendak mengundang masyarakat melalui surat-surat kabar waktu itu, untuk mengikuti berbagai lomba yang sudah diprogram. Diharapkan kesenangan baru yang diciptakan itu secara perlahan akan melenakan muslim dari konflik- konflik politik kaum muslimin dengan bangsa Yahudi.” 2. Olahraga yang diorganisir memang telah melenakan umat dari aktivitas yang lebih utama. Coba hitung, berapa jam lamanya seorang atlet –yang Muslim– latihan biar berprestasi? Trus, penontonnya juga. Berapa jam sehari harus menghabiskan waktu untuk mengikuti pertandingan? Berapa jam pula menyibukkan diri menyimak ulasan-ulasan pengamat olahraga, baik dari mediacetak maupun audovisual? Bandingkan dengan waktu yang dia habiskan untuk ibadah, belajar ilmu Islam, berdakwah atau bahkan jihad. Padahal olah raga hukumnya ‘hanya’ mubah, yang boleh jadi tak berpahala, bahkan bisa menjerumuskan pada hal-hal haram. 3. Olahraga yang diorganisir menyedot dana yang tidak sedikit, diantaranya dari kalangan kaum Muslimin. Siapa yang diuntungkan dari hasil penjualan tiket masuk pertandingan? Tentu saja penyelenggara. Di sisi lain, kadang penyelenggara menghimpun dana dari hal- hal yang diharamkan. Dulu di Indonesia untuk menghimpun dana diciptakan Porkas, lalu SDSB, dan Damura, yang semuanya nota bene judi. 4. Tingginya prestasi olahraga suatu negara tidak otomatis menjadikan suatu negara menjadi makmur. Argentina misalnya, bisa dibilang empunya sepak bola dunia. Tapi kini kondisi ekonominya carut marut. Paling-paling yang makmur hanya atlet dan ofisialnya saja. Sebaliknya Kuwait atau Brunei Darusalam, yang prestasi olah raganya bisa dibilang nol, taraf perekonomianya jauh lebih mapan. Jadi, tak ada gunanya negara menggenjot prestasi olahraga, toh tak berpengaruh pada kesejahteraan rakyat. 5 Adanya pertandingan, menyuburkan perjudian. Lihat saja pasar-pasar taruhan sekarang lagi rame dengan digelarnya World Cup. Mulai yang omzetnya jutaan dolar, sampai taruhan-taruhan kecil yang nilainya mungkin hanya ribuan perak di warung-warung kopi. Baik di pasar taruhan profesional maupun sekadar iseng, toh namanya tetap perjudian yang haram hukumnya. “Sesungguhnya minum khamer, berjudi, berkorban untuk berhala…adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan.”(TQS Al-Maidah:90) 6. Klaim bahwa olahraga mampu menjadi pemersatu umat, sebagaimana pernah dikatakan mantan Presiden AS Bill Clinton dalam pembukaan World Cup 1994, “Sepak bola adalah bahasa universal untuk mempersatukan manusia”, adalah omong kosong. Sebaliknya, pertandingan olahraga malah menjadi sumber perpecahan. Hooligans (supertor) rela berantem demi membela tim kesayangannya. Olahraga juga sering menimbulkan fitnah. Misalnya wasit diteror gara-gara dianggap berat sebelah, atau malah pemainnya yang celaka. Ingat terbunuhnyan Andreas Escobar, pemain Colombia di Piala Dunia 1994 gara-gara gol bunuh dirinya? Lebih dari itu, pertandingan antar negara, bisa memicu semangat nasionalisme (kebangsaan) yang jelas-jelas bisa memecah belah umat. Nah, kita sebagai Muslim, tentu nggak mau dong dilenakan oleh permainan yang ternyata banyak membawa mudharat itu! Iya, kan?!![asri] [pernah dimuat di rubrik "Banaat", Majalah PERMATA, Juni 2002