Thursday, 20 August 2015

Antara ukhuwah islamitah dan Nasionalisme

Oleh; ustad Felix siauw

   Semua orang tidak pernah bisa memilih dilahirkan di mana, kapan, dari suku mana, dari pasangan yang mana, dalam kondisi apa, dan pada peristiwa apa, karena ini bukan urusan ketentuan Allah bukan pilihan. Tapi seseorang senantiasa bisa memilih apakah mau menggunakan akalnya untuk beriman pada Islam, ataukah mengabaikan akalnya lalu tidak beriman.

Artinya, dilahirkan sebagai warga negara Indonesia dalam kondisi damai dan aman, dari pasangan ayah-ibu yang keturunan Chinese, di kota Palembang, pada tahun 80-an itu murni ketentuan Allah pada saya tanpa pengaruh saya sedikitpun. Tapi menjadi seorang Muslim, jelas-jelas pilihan saya secara sadar.

Ini artinya, bagi saya yang memilih Islam dengan benar-benar sadar, Islam adalah satunya hal terpenting yang harus saya syukuri, saya jaga, saya banggakan. Artinya, sekalipun saya dilahirkan sebagai seorang keturunan Jawa di Amerika, saya berharap Islam tetaplah agama saya. Tidak penting dimana saya lahir, dari keturunan apa, karena semuanya itu tak bisa dipilih. Tapi Islam, layak dipilih dan layak dibanggakan.
Namun, mencintai suku dan mencintai tempat lahir adalah fitrahnya manusia yang wajar, Rasulullah saw pernah bersabda,

والله انك لخير ارض الله واحب ارض الى الله ولوﻻ اخرجت منك ما خرجت
Demi Allah, sungguh engkau (kota Makkah) betul-betul bumi Allah yang paling baik dan tanah yang paling dicintai Allah, sekiranya aku tidak dipaksa keluar oleh kaumku, tidaklah aku keluar darimu (Makkah) (HR Ibnu Majah)

اللهم حبب الينا المدينة كحبنا مكة او اشد منه
Ya Allah, tanamkan di hati kami kecintaan kepada Madinah seperti kecintaan kepada Makkah, atau kuatkan kecintaan itu (kepada Madinah) (HR Bukhari)

Tidak mengapa mencintai tanah lahir, wajar pula kita menghargai nasab atau keturunan, kebolehannya sama seperti kita mencintai keluarga, mencintai harta kepemilikan, mencintai istri dan anak, perniagaan dan yang semisal dengannya. Hanya saja di dalam Islam porsinya tidak boleh melebihi cintanya kepada Allah dan Rasul dan apapun yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul.

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS 9:24)

Tiga perkara yang jika terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman, (1) Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada selainnya, (2) Ia mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka (HR Bukhari Muslim)

Tapi rasa cinta yang wajar dan dibolehkan dalam Islam terhadap segala sesuatu yang sudah disebutkan diatas itu, termasuk mencintai tempat lahir dan mencintai kaum serta sesama, tidaklah sama dengan nasionalisme, dan tidak selalu harus diwujudkan dengan nasionalisme

Nasionalisme dan Ukhuwah Islam

Dalam setiap masa dan tempat, manusia senantiasa memerlukan ikatan untuk mempersatukan mereka, dan biasanya ikatan ini ada karena tujuan yang ingin dicapai, karena mustahil mencapai tujuan bersama tanpa adanya ikatan yang mempersatukan. Sebagaimana tali menyatukan lidi maka bisa digunakan untuk tujuan menyapu, sebagaimana paku mengikat kayu maka bisa digunakan untuk membuat sesuatu.

Contoh kecil, orang-orang yang bepergian dengan pesawat terbang, saat berada dalam pesawat memiliki ikatan sampai mereka tiba di tujuan, maka mereka saling peduli, saling membantu, saling menasihati dan berbuat baik hanya karena mereka punya satu tujuan. Karena itulah kita peduli pada orang disamping kita yang masih mengaktifkan telepon seluler saat pesawat sudah mau takeoff, karena kita punya kepentingan yang sama. Ini namanya ikatan kepentingan.

Contoh lain, orang yang berbisnis, antara majikan dan karyawannya juga seperti itu, ikatannya hanya ada selama kepentingannya dan manfaatnya masih ada. Bila sudah hilang kepentingannya, maka ikatannya pun hilang.

Ikatan bisa muncul juga bisa hilang, tergantung ikatannya dan tergantung keperluannya.

Nasionalisme misalnya, adalah ikatan yang muncul karena seseorang tinggal di tempat yang sama dan merasakan adanya ancaman bersama, maka wajar bila ikatan nasionalisme ini selalu memerlukan ancaman demi ancaman agar tetap kuat ikatannya, dan akan melemah begitu penduduknya merasa aman, dan ikatan ini sangatlah lemah karena berdasarkan kesamaan tempat dan ancaman, ikatan reaktif dan temporer bukan ikatan yang produktif dan selamanya.

Fanatisme kesukuan, ikatan ini muncul tatkala sekelompok orang sempit dalam berpikir, lalu menjadikan kecintaan terhadap kaum sebagai dasar untuk mengikatkan dirinya dan bertujuan untuk membuktikan bahwa kaumnya lebih superior dibanding kaum lainnya. Ikatan ini pun sangat lemah, karena didasarkan atas kesamaan perasaan bukan pemikiran, dan pasti akan menimbulkan pertentangan dan permusuhan dari suku lainnya yang juga merasa lebih superior. Dan ikatan ini akan hilang begitu berbenturan dengan kepentingan dunia.

Dalam Islam, segala sesuatu termasuk ikatan antarmanusia haruslah berdasarkan Allah dan Rasul-Nya, Kitabullah dan Sunnah, dan ikatan penyatu antarmanusia yang paling pas adalah ukhuwah Islam, karena kemunculannya dari aqidah, menyatukan orang-orang yang beriman sekaligus memberikan perlindungan dan keamanan bagi yang tidak memeluk aqidah Islam.

Dalam bentuk praktisnya, seringkali ukhuwah yang muncul atas dasar aqidah Islam ini secara penampakan terlihat sama dengan nasionalisme bagi yang kurang jeli. Misalnya sikap menolak dan melawan penjajahan, ini sikap yang sama yang muncul baik oleh ukhuwah maupun nasionalisme, namun keduanya sangat berbeda dari segi tataran niat, dan tentu berbeda caranya.

Begini contoh mudahnya. Negara Amerika tentu menanamkan nasionalisme pada warganegaranya, karenanya ketika mereka menyerang Vietnam dan Irak, warganya mendaftar menjadi tentara sebab nasionalisme, mereka mencintai tanah lahirnya karena nasionalisme.

Berbeda dengan para pejuang kemerdekaan Indonesia yang nyata-nyata menolak penjajahan sebab Islam menolaknya, ruh mereka digelorakan oleh Islam, takbir menjadi teriakannya dan jihad menjadi resolusinya. Islam menjadi jiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kita mencintai Indonesia tersebab Islam.

Jadi Amerika menanamkan nasionalisme dan patriotisme kepada warganya jelas bukan tersebab dan bersumber dari ajaran Islam, justru karena mereka tidak punya pilihan lain untuk mengikat warganya kecuali persatuan karena nasionalisme.

Seorang yang bukan Muslim bisa saja menjadi seorang yang nasionalis, seorang Muslim juga bisa saja seorang nasionalis. Tapi ukhuwah Islam, itu hanya seorang Muslim yang bisa. Ukhuwah itu ikatan khas yang bersumber dari aqidah Islam.

Sederhananya, ukhuwah Islam berbeda dengan nasionalisme. Sebab berbeda dalam tataran asas, juga berbeda dalam tataran cara.

Bila kita masih ngotot dengan nasionalisme, lalu bagaimana kita memandang Malaysia, Palestina, Turki, dan negeri-negeri Muslim yang lainnya? Dengan pandangan nasionalisme atau dengan pandangan ukhuwah? Bila dengan pandangan nasionalisme, maka bukan urusan kita membantu Palestina, adalah urusan kita bila Malaysia mengklaim budaya dan wilayah Indonesia. Namun dalam pandangan ukhuwah, mereka adalah saudara yang harus dibela, dipersatukan, satu perjuangan dan satu tumpah darah.

Selanjutnya, nasionalisme secara sejarah telah terbukti mampu memecah belah persatuan Islam dan mengakibatkan perseteruan dan pemusuhan diantara kaum Muslim yang tadinya disatukan dengan ukhuwah Islam. Dan itulah faktanya ketika kaum-kaum Arab disatukan dengan ikatan nasionalisme lalu memisahkan diri dengan Khilafah Utsmani, begitu pula puluhan negeri-negeri Muslim yang lain yang diberikan kemerdekaan berdasar nasionalisme lalu memisahkan diri mereka dari yang lainnya, dan pada akhirnya sebagai pukulan telak, Republik Turki juga berdiri berdasar nasionalisme sekuler menggantikan Khilafah Islam.

Tidak begitu dengan ukhuwah. Sejak awalnya, Rasulullah saw menyatukan Aus dan Khazraj yang berseteru dengan ukhuwah yang bersumber dari aqidah. Bila Tuhan kita Allah, maka kita bersaudara. Selanjutnya ikatan ini menjadi pemersatu seluruh Hijaz dan akhirnya seluruh Jazirah. Pada gilirannya ikatan inilah yang mempersatukan Afrika, Asia, Eropa, India, Syam, dan Nusantara dalam naungan Khilafah Islam. Ikatan ini yang menjadikan seluruh manusia bersaudara dan mengamankan dunia, memanusiakan manusia dan menghilangkan permusuhan diantara mereka. Ikatan dari Allah.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS 3: 103)

Jadi bersatunya kaum Muslim itu karena menaati Allah, karena berpegang pada tali Allah yaitu Islam, yaitu Kitabullah dan Sunnah, bukan karena ikatan-ikatan lemah selainnya. Ukhuwah ini ikatan yang bersumber dari aqidah, ikatan dunia akhirat.
Jadi memang betul, tidak perlulah mempertentangkan antara ukhuwah dan nasionalisme, karena ukhuwah itu adalah tuntutan aqidah, sementara nasionalisme munculnya bukan karena aqidah, karenanya yang bukan Muslim juga bisa.

Peringatan Kemerdekaan Indonesia Ke-70

Dan akhirnya, hari ini peringatan kemerdekaan Indonesia ke-70, maka kita mengucap syukur dan puji pada Allah Azza wa Jalla yang telah mengaruniakan kepadaka kita kebebasan dari penjajagan fisik. Kita menengadahkan tangan dan berdoa untuk para pejuang yang telah mengorbankan jiwa dan hartanya untuk kenikmatan yang kita rasakan. Atas teriak takbir para pejuang, resolusi jihad para ulama, dan darah para syuhada. Kita bersyukur atas kesemuanya

Namun tentu saja perjuangan belum usai, bagi kaum Muslim, aqidah mereka menuntut kemerdekaan yang hakiki, yaitu terbebasnya manusia dari penyembahan kepada sesama manusia, beralih pada penyembahan total dan satu-satunya hanya kepada Allah Rabb Semesta.

Maka tersebab cinta Indonesia kita berdakwah dan berbagi tentang Islam. Maka sebab cinta Indonesia kita menyeru pada penegakan hukum Allah, karena inilah yang mengalir di dalam darah dan nadi para pejuang dan ulama pendahulu kita. Islam menjadi ruh perjuangan mereka dan kita, karena Allah mereka dan kita berjuang, dan kepada Allah mereka dan kita mohon pertolongan.

Giliran kita mengisi kemerdekaan, membebaskan manusia dari penjajahan non-fisik, pemikiran kufur yang memenjara dan tidak manusiawi, sistem hidup yang jauh dari fitrah dan selalu menindas, sistem ekonomi yang tidak pernah memihak pada yang lemah dan mengutamakan yang kaya, sistem hukum dan pendidikan yang sangat materialistik. Karena kita mencintai Indonesia, karena kita Muslim yang diamanahkan Indonesia ini, maka Syariah harus tegak, Khilafah harus mempersatukannya.

Tapi tentu saja, yang namanya pendapat tentu banyak kurangnya, banyak silangnya. Silakan berkeyakinan berbeda dan berpendapat berbeda. Allah berikan kebebasan di dunia ini bagi siapa saja untuk meyakini apa saja, mengatakan apa saja dan mendiamkan apa saja. Dan kita berharap bahwa kita meyakini Islam semata, agar aman di akhirat.

Thursday, 23 July 2015

Syirik modern oleh;ustad Felix siauw

01. sy pernah ditanya, "apa sih penyakit ummat muslim yg paling parah saat ni?" :) >> sy jawab: "syirik modern" :)

02. kl zaman dulu, yang namanya syirik itu menyembah berhala kan, menyembah patung2 yang dibuat oleh tangan2 mereka sendiri..

03. jd syirik bukan gak menuhankan Allah, tapi lebih tepatnya syirik adalah menganggap Allah sebagai Tuhan, namun menduakannya.. >> #syirik

04. #syirik arab jahiliyah adl mengambil Allah sbg Rabb (Tuhan), namun menyembah Ilah (sesembahan) selain Allah, selingkuh gitu..

05. karena itu muncul Islam dgn nyawanya, kalimat "Laa Ilaaha Illa Allah!" >> "Tiada sesembahan kecuali Allah!" >> utk menghapuskan syirik

06. krn Islam berupaya menjadikan Allah sebagai satu-satunya Rabb (Tuhan) dan Ilah (sesembahan), bukan hanya pengakuan namun secara penuh

07. jadi zaman dulu, yg dmksd #syirik adl: boleh saja Allah jadi Tuhan, tp jgn coba2 ngatur manusia, krn manusia mau bikin aturan sndiri -_

08. coba kita bandingkan skrg, org Muslim indo, kl ditanya Tuhannya, pasti jawabnya "Allah", tapi gmn sesembahannya? >> selain Allah..

09. sama kyk syirik Muslim zaman skrg >> Allah boleh ngatur urusan ibadah dalem masjid, tapi urusan lain nggak boleh, manusia lbh pinter!

10. mereka mengakui Allah, shalat, puasa, tapi menolak mentah2 hukum Al-Qur'an yang lain >> begitulah modelnya syirik modern -_

11. Ngakunya ummat Muhammad tp ngomongnya "kita kan heterogen, jadi gak usahlah pake syariat, syariat kan zaman dulu, ini dah modern" -_-

12. ngakunya baca Al-Qur'an, tapi nolak mentah2 hukum potong tangan dan syariat lain, padahal nyata2 dicetak tegas itu perintah "WAJIB" -_
13. demi ide barat kufur demokrasi, pluralisme, ham >> mereka membuang ide khilafah, ukhuwah, wara wal bara', dan jihad -_

14. beginilah syirik modern zaman skrg, nama lainnya sekulerisme, menjadikan Allah hanya di masjid dan tidak boleh mengatur hal lain.. -_

15. suatu hari pas ngisi kantoran, ada mbak2 seksi mau shalat, trus ada mbak2 iseng nanyain mbak seksi tadi yg lg pake mukena >>

16. "mbak, kok pas shalat pake mukena? abis shalat lepas?", dijwb: "kamu ini gmn sih?, ini kan mhadap Allah!, harus rapi, diliat Allah!" :D

17. sy denger sampe senyum dikulum, rupanya bnyk akhwat yg masih merasa bahwa Allah cuma liat dia pas shalat, jd nutupnya pas shalat aja :D

18. begitulah sekuler udah merasuk sampe ke individu, merasa Allah hanya ada di masjid, sementara di kantor, sekolah, negara gak ada Allah

19. di satu sekolah, malah siswi cm diwajibkan pake kudung jum'at aja, zzz.. kl diprotes mesti bilang "ini kan bertahap", pdhl dr dulu bgt..

20. liat smua org di depan ka'bah, ada gak yang berani tawaf searah jarum jam? >> mana berani! >> krn takut melanggar perintah Allah!

21. sayangnya orang takut sama Allah cuma di depan ka'bah aja, di masjid aja.. itulah syirik modern yang namanya sekulerisme -_
22. jadi kl kita takut dengan pengrusakan akidah, dan mau membenahi akidah, ancurin dulu tuh sekulerisme dan sistem pendukungnya :)

23. selama ada sekulerisme, jamin deh, akidah ummat gak kan pernah bener semuanya, gak akan barakah hidup kita :)follow @felixsiauw on twitter for mo

Monday, 20 July 2015

Menikah muda,muslimah ini bilang enggak bahagia.

Saya gak bahagia nikah muda
Judul sebuah postingan yang membuat sedikit penasaran,yang saya peroleh disebuah blogger seorang ibu muda...dibenak sy cuman muncul pertanyaan "benarkah???eh ternyata...

Saya gak bahagia nikah muda
Itu adalah pertanyaan awal yang keluar dari mulut saya sendiri ketika memulai biduk rumah tangga di usia yang bisa dibilang masih muda, 21 tahun. Wahai! Ternyata memang menikah itu identik dengan kata bahagia, tapi waaaww saya gak nyangka kalau bahagianya itu bentuknya seperti ‘ini’

Ini dengan tanda petik itu maksudnya apa sih?

Emmm begini ceritanya, …

Niat saya menikah di usia muda adalah salahsatu rasa penasaran saya tentang makna sebuah pernikahan. Entah kenapa, di usia yang ketika banyak teman seangkatan lebih mikirin mau kuliah dimana, saya lebih serius mikirin nanti jodoh saya kayak gimana. Baiklah, memang terlalu cepat. Kalau ada yang ngomongin tentang PERNIKAHAN, saya langsung ikut semangat. Apalagi judulnya MENIKAH MUDA. Waaa, gue banget itu! Saya dulu punya impian pengen nikah muda. Gatau kenapa. Sampai akhirnya saya mencoba mendeskripsikan keinginan saya dalam beberapa poin tujuan kepengen nikah muda, di antaranya adalah:

    pengen menggenapkan separuh agama *alasan klasik

    gamau terjebak terlalu lama dengan rutinitas pacaran

    pengen tau kehidupan pernikahan dengan langsung menjalaninya

    pengen belajar untuk lebih dewasa

    pengen punya teman hidup yang bisa bikin saya lebih baik lagi

daaaaan alasan lainnya yang kayaknya cukup keren buat modal saya mengajukan mimpi menikah muda…

Lalu, Allah jawab setiap doa dan harapan saya. Allah kasih jalan untuk saya menikah muda. Dan JENG!!! Kaget sendiri. Loh gini loh ternyata MENIKAH itu.

Wawawawawawa semua rasa campur aduk, antara seneeeeeeng banget sampe keseeeeeel banget. Kadang suka share ke media sosial kalau saya bahagia bangeeeet karena sudah menikah (muda), tapi di balik itu juga saya menyembunyikan perasaan kalau saya gak bahagia. Hah, labil. Dasar anak muda.

Ada saat-saat di mana saya ngerasa (kok kayaknya) gak bahagia. Stress, dan pengen udahan aja, dan berpikir pantesan ada beberapa orang yang menyerah di tengah jalan ketika di awal memutuskan menikah muda. Well it’s not easy, men…. Seriously.

3 tahun menjadi pelaku nikah muda, ada banyak hal yang terjadi, ada banyak pembelajaran yang sangat berarti hingga saya punya kesimpulan sendiri: loh, emang menikah itu bahagia kok!

Saya selalu mengajak diri saya sendiri buat jalan-jalan lagi ke masa lalu, ke masa di mana saya yakin banget untuk mengambil pilihan nikah muda. Saya yang (katanya) pengen menggenapkan separuh agama, wuih bener banget. Bener di sini maksudnya saya jadi belajar lagi ilmu agama yang gak saya pelajari di bangku sekolah. Kehidupan pasca nikah yang complicated bikin saya maksa diri saya untuk belajar lebih banyak tentang agama, tentang bagaimana Allah menuntun umatNya untuk beribadah dalam pernikahan. Beneran ini mah beneran, setelah menikah… kawah candradimuka tentang yang namanya kehidupan lebih terbuka lebar. Dunia jauh terasa lebih luas dan beragam. Subhanallah.

Saya yang katanya gak pengen terlalu lama dengan aktifitas pacaran, alhamdulillah jadi lebih aman dan menentramkan kalau lagi dua-duaan sama pasangan. Ih, kan udah halal ^^ Daaaan bebaslah sudah dari jeratan PHP para pria yang cuma bisa janji. “Iya de, saya pengen nikah sama kamu.” tapi bilangnya cuma di bibir doang, tapi tindakannya gak ada. Kan cupu :| Dan pacaran setelah menikah itu indahnya bukan main, bebas tanpa batas dan nilainya pahala berlipat-lipat. Enaknyaaa ~

Saya yang katanya pengen tau kehidupan pernikahan dengan langsung menjalaninya jadi beneran tau kalau nikah itu begini begitu. Gak cuma asumsi, gak cuma prediksi, tapi beneran mengalami sebuah bukti. Oh, ini toh cintanya seorang abi dan ummi :)

Saya yang katanya ingin belajar lebih dewasa bener-bener deh sama Allah ditunjukin, diliatin kalau saya emang masih jauuuuh dari arti kata dewasa yang sebenarnya. Ketika menikah, aneh tapi nyatos jadi lebih tau siapa diri saya sendiri, karena suami-lah yang menunjukkan siapa saya yang sebenarnya. Awalnya gak terima banget banget banget. Sebel banget banget banget kalau suami udah ngoceh, “Ih kok kamu ginih, ih kok kamu gituh!” Haaaaa tau apa sih dia tentang sayaaa!!! Padahal, yaaa kalau dipikir-pikir dia justru lebih ngerti siapa saya, dia bisa objektif menilai siapa saya. Dia yang selama 24 jam berinteraksi sama saya, baik ketika sadar maupun tidak. Baik dalam posisi terjaga, maupun tertidur lelap sambil berpelukan. #SensorPlis :P

Saya yang katanya pengen punya teman hidup biar bisa jadi insan yang lebih baik bener-bener deh ditemenin, meskipun awalnya dongkol banget karena apa-apa dikomentarin. Mulai dari yang nyenengin sampai yang gak ngenakin. Semuaaa, tanpa jeda. Fiuh! Tapi yaa itu tadi. Sesuai permintaan kan?

Nah, jadiiiii dengan fakta yang ada, dengan mensinkronkan apa yang saya harapkan dengan apa yang terjadi setelahnya, udah gak ada alasan untuk saya gak bahagia. Saya dapetin semua yang saya pengen di awal hoooy! Tapi istimewanya adalah dengan caranya Allah saya ngerasain itu semua. Surprise yang beneran bikin amaze. Subhanallah. Allah Maha Keren!

Ada beberapa orang (atau mungkin hampir semua) yang menjalani kehidupan pernikahan di usia muda ngadepin yang namanya stress, apalagi dengan seabrek impiannya yang terlalu banyak, pengen ini pengen itu. Emang beneran kok, gak akan pernah mudah. Saya yang waktu itu ojol-ojol dapet suntikan semangat dari Teh @FabFebi sampai mesam-mesem sendiri, “Gak harus semua serba ideal. Kadang kita butuh nafas untuk tetap jalan dan maju ke depan!” Iyaa, jangan lupa nafas! Stress itu pasti, tapi penyikapan dengan hal positif yang masih misteri. Muehehehe… Jadi yaaa, hadapi, hayati, dan nikmati. Prosesnya emang gak mudah, tapi selalu ada jalan dalam setiap kebaikan yang kita niatkan. Allah gak akan kemana-mana.. Benerin aja niatnya. Nikahnya buat apa? buat siapa? :)

Dan jadinya, judul di atas harus saya koreksi di penghujung tulisan. Karena kalau bukan karena nikah muda, mungkin sampai sekarang saya gak nyadar kalau saya itu super emosional, mungkin saya gak nyadar klo saya itu kurang sabar, mungkin saya gak akan nyadar kalau saya itu plinplan, mungkin saya gak akan nyadar klo saya itu boros dan suka ga pake perhitungan, mungkin saya gak nyadar kalau Allah itu belum jadi tujuan utamanya, mungkin saya gak nyadar kalau ada orang yang posisinya sangat substansial dalam kehidupan saya, mungkin saya gak akan nyadar betapa perjuangan orang tua beserta kekhawatirannya itu punya alasan yang sangat kuat, mungkin saya gak akan nyadar kalau saya masih kalah sama ego. Ahhh terlalu banyak yang sudah saya sadari dan selalu ingin saya segera perbaiki setelah menikah. Setelah tau hidup yang lebih indah :)

Kebahagiaan dalam pernikahan di usia muda, adalah kebahagiaan yang penuh darah dan keringat badag di dalamnya. Semuanya worthed. Semuanya punya makna tersendiri, dan bagi siapa aja yang emang udah siap untuk nikah muda, sok mangga diikhtiarkan, karena ternyata saya sendiri gak bahagia dengan menikah di usia muda ^-^

Sekian sharing malam ini, semoga bermanfaat! Tulisan ini saya dedikasikan untuk yang sudah berani mengambil pilihan nikah muda dan sedang merasakan sesak nafas, heeei you’re not alone dan percaya deh KAMU BISYA! bisya bisya bisyaa ~ !

Salam hangat,

seorang istri yang lagi kangeeen banget sama suaminya :*

====
BREAKING NEWS!!!
Sebelum menikah, banyak pasangan yang terjebak hanya mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan resepsi saja. Foto prewedding, baju pengantin, gedung resepsi, paket bulan madu dan lain-lain. Bukan tidak boleh, tapi tentu saja Anda melupakan yang jauh lebih penting : Perjalanan kehidupan dalam pernikahan itu sendiri. Sudahkah Anda mempersiapkannya?

Mari lihat fakta berikut :

– Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjad ipeningkatan perceraian hingga 70 persen

– Pada tahun 2010, terjadi 285.184 perceraian di seluruh Indonesia. Penyebab pisahnya pasangan jika diurutkan tiga besar paling banyak akibat faktor ketidakharmonisan sebanyak 91.841 perkara, tidak ada tanggungjawab 78.407 perkara, dan masalah ekonomi 67.891 perkara

Tuesday, 10 February 2015

Muslimah perhatikan bagaimana bertingkah!


   Muslimah Nggak Usah Ikut Audisi-Audisian muslimah-ikut-konser-audisi-tidak-boleh-nggak-usah Muslimah nggak perlu audisi-audisian, karena akhlak Muslimah bukan untuk diperlombakan. 

Hakikat hijab justru melindungi keindahan bukan mengumbarnya. Apalagi dijadikan tontonan yang dinilai secara lahiriah dan badaniah. Hakikat kontes-kontes kecantikan itu membentuk persepsi wanita, bahwa seorang 'putri' haruslah cantik fisik dan 'mentereng', hedonisme. Pada akhirnya kontes-kontes ini menjadikan Muslimah jadi komoditas | Muslimah akhirnya hanya dilihat dari fisik dan fisik lagi. 

Padahal teladan bagi Muslimah sudah jelas, Nabi pernah berucap | bahwa Maryam wanita terbaik di dunia dan Khadijah terbaik di Surga. "Sebaik-baik wanita di surga itu Khadijah binti Khuwailid. Sebaik-baik wanita di dunia itu Maryam binti Imran.." (HR Bukhari) Sebagai Muslimah, pun harus memiliki rasa malu, dan izzah (kehormatan), bahwa parasnya hanya layak bagi suaminya, bukan dinikmati semua.

 Kalaupun berniat dakwah harus dengan cara yang benar, masih banyak jalan yang bisa digunakan, nggak harus yang menyenggol kemaksiatan. Bila serius ingin mendidik Muslimah berakhlak baik, buku-buku dan kajian-kajian masih jauh lebih baik, lebih efektif. Dan mengajarkan Muslimah terhadap teladannya jauh lebih penting dibanding dikonteskan.

 Kenali Khadijah, Maryam, Asiyah, Fatimah, Aisyah. Tidak hanya di acara-acara semisal kontes-kontes Muslimah, begitupun di sosmed harusnya Muslimah malu dirinya dinikmati semua orang. Apalagi di zaman selfie sudah jadi ritual wajib, malu sudah jadi akhlak jarang, diganti keinginan untuk eksis tanpa lagi peduli etika. Begitulah secara fitrah wanita memang senang bila dikagumi, maka bersabarlah sampai engkau dikagumi oleh suamimu saja.

 Inget jaman dulu tahun-tahun 90-an, kalo suka cewek, minta fotonya susaaaaah bangeeeet! Sampe nyuri-nyuri foto. Sekarang? haduh.. (-__-) Dulu saat cewek ngasih fotonya, ia sudah rela fotonya dipantengin cowok, setidaknya dulu akhlak malu lebih terjaga daripada sekarang.. Tidak ada Muslimah yang dihiasai akhlak malu kecuali memperindahnya. Ttak perlu pengakuan dengan kontes-kontes yang menilai tampak luar. Lebih baik sempurnakan sujudmu dalam heningnya malam, dan fasihkan lafadz ayatmu selepas shalat. Saya kasitau boleh ya? :) Nggak ada suami normal, yang seneng istrinya dipantengin orang lain, apalagi lelaki lain. 

Ustad felix siauw

Tahapan mencari Pasangan

Sohib muda...mencari pasangan hidup adalah suatu hal yang sakral,harus penuh pertimbangan yang begitu matang karna sejatinya menikah itu bukan sekedar untuk dunia saja tapi juga untuk akhirat kelak,jangan sampai kita mengambil keputusan yang salah,berikut ini ada tahapan-tahapan mencari pasangan yang kami ambil dari kultwit ustad felix siauw seorang ustad yang terbilang sukses menikah diusia muda; Tema ta’aruf dari kultwit ustadz @felixsiauw

1. wahai pemuda, siapa di antara kalian yang telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah (HR Bukhari) | begitu pesan Nabi saw

2. siapakah yg dianggap siap menikah? | adl yg telah baligh, pahami Islam, dan dewasa, dia mampu selesaikan masalah, tanggung jawab

3. nikah adalah ikatan agung nan suci | dari sanalah terbangun bahtera dakwah berpsangan, dan madrasah balatentara Allah selanjutnya

4. karenanya, hal baik seperti nikah haruslah dimulai dengan yg baik | buruk awalnya biasanya buruk tengah dan akhirnya

5. Islam menolak maksiat dalam interaksi lelaki-wanita semacam tunangan dan pacaran | Nbai tak mengenalnya samasekali, bahkan melarangnya

6. namun Islam tukarkan metode maksiat dengan metode taat sebelum menikah | khitbah lalu #ta‘aruf yg halal agar nikah menjadi baik

7. pada asasnya, khitbah-#ta‘aruf adl proses yg dijalani oleh org yg telah mantap hati dan siap nikah | utk pastikan diri dan calonnya

8. jadi khitbah-#ta‘aruf bukanlah produk substitusi pacaran, bukanlah pembungkus maksiat pacaran atas nama yg lebih Islami

9. jadi sebelum melakukan proses khitbah-ta’aruf, pastikan semua urusan telah diselesaikan, orangtua pahami niat dan restui niat itu

10. sebelum melakukan proses khitbah-ta’aruf, rencana jg sudah dibuat, kapan ajuan waktu nikah, prosesi nikah, dan segala kaitannya

11. nah, bila semua sudah usai dipastikan, maka saatnya memilih pasangan, memilahnya dari ribuan untuk satu kebahagiaan | ridha Allah

12. “wanita dinikahi karena 4, harta, keturunan, kecantikan, dan agama, pilihlah yg beragama maka engkau bahagia” (HR Bukhari-Muslim)

13. jelaslah usul Nabi, bagi yg tujuan pernikahannya adl ridha Allah dan membangun keluarga sakinah | pilihan utama pada agamanya

14. tak habis pikir, Muslim yg ada niatan menyunting istri dari non-Muslim, apa tujuannya? dakwah blm tentu sampai, mafsadat sudah jelas

15. lebih tak habis pikir, wanita Muslim yg kagum atau melihat lelaki non-Muslim menarik? jelas yg jadi standarnya bukan ridha Allah

16. maka saat persiapan pribadi jelas | pilahlah calon yg memenuhi standar agama kita, bila cantik, kaya dan bangsawan, itu bonus

17. paling mudah jadi aktivis dakwah :D, akhlak-pikir calon terikat syariat, “sudah dibina tinggal dibini”, tak perlu “dibini lalu dibina”

18. bagi yg blm jadi aktivis dakwah, carilah pasangan yg “mau dibina”, yg mau tunduk pada ayat Allah dan lisan Nabi, itu baik sekali

19. perlu pula saya sampaikan, bila karena fisik wanita dipilih bersiaplah menyesal setelah menikah | sekali lagi, pilih agamanya

20. saat pilihan sudah tetap, maka khitbah dilaksanakan | ia adl pinta persetujuan kpd calon yg diinginkan, utk menjadi pasangan hidupnya

21. bila izin sang wanita telah terucap, khitbah blm selesai | ada ridha walinya yg tetap menjadi syarat bagi yang melamar wanita

22. disini perlu interaksi pria utk datangi wali perempuan, sampaikan maksud dan niatan | sampaikan perencanaan yg telah disiapkan

23. tentu, perlu pula bagi wanita utk yakinkan kedua orangtuanya sebelumnya, pastikan tidak ada masalah setelah ada pelamar bertamu

24. bila niatan tak disambut walinya, berlega dirilah tak perlu datangi dukun atau melamun | naik pohon kelapa, liat, akhwat tak cuma satu

25. segera tarik diri dan selesaikan urusan dengan akhwat yg tak disetujui walinya, bawa proposal pada akhwat yg siap, insyaAllah banyak

26. maka perlu kiranya, sejak awal saat akhwat telah merasa siap nikah, orangtua dikondisikan, agar tak menyulitkan pelamar kelak

27. bila niatan disambut baik wali akhwat, alhamdulillah, khitbah telah terlaksana, akad nikah terbuka depan mata, lanjutkan ke ta’aruf

28. beda ta’aruf dengan pacaran adl, bahwa ta’aruf memiliki batas waktu yg jelas dan tetap yaitu akad nikah, dan interaksi non-khalwat

29. mengenai batas waktu ta’aruf, tidak ada ketentuan, bisa esok hari atau tahun depan | lebih cepat lebih baik, serius itu cepat

30. perlu ditambahkan bagi ikhwan-akhwat | semakin panjang waktu ta’aruf, semakin besar potensi maksiat, selubungi pacaran atas nama ta’aruf

31. interaksi saat ta’aruf jg harus ditemani mahram, lelaki boleh menanyakan perkara yg menguatkannya untuk menikah, apapun itu

32. perkara yg sensitif bisa diketahui dari orangtua, shahabatnya, saudaranya, atau musyrifahnya (ustadzahnya)

33. Rasul jg membolehkan melihat wanita hingga memiliki kecenderungan padanya, melihat disini terbatas memandang fisik dirinya, tidak lebih

34. memandang akhwat yg akan dinikahi juga tak perlu buka jilbab dan kerudung, perkara semisal itu bisa ditanyakan pada mahramnya

35. bagaimana interaksi via phone dan sms? | boleh selama ada keperluan | “sudah makan belum”, “sudah tahajud belum” bukan masuk keperluan

36. hati-hati mengotori proses ta’aruf, karena khalwat bisa terjadi bahkan di telp atau di sms, interaksi yg membuai dan sebagainya

37. jadi interaksi via telp dan sms, dilakukan dalam rangka siapkan pernikahan, bukan mengumbar rasa yang seharusnya setelah nikah

38. ingat, ta’aruf itu tak hanya pada wanitanya, tapi juga keluarganya | boleh juga libatkan 2 keluarga silaukhuwah utk rencana nikah

39. selama ta’aruf pikirkan selalu, “apakah dia cocok menjadi ibu dari anak-anak kelak?” | “apakah ia bisa mengimami dan melindungi?”

40. bagaimana setelah ta’aruf lantas tidak merasa ada kecocokan? | sampaikan saja, dan segerakan untuk selesaikan urusan, itu lumrah
41. lelaki berhak memilih wanita, dan wanita berhak untuk menolak | jangan rasa segan, karena tak ada korban dalam urusan ini

42. lalu bila telah pas di hati, lanjutkan ke jenjang pernikahan, setelah akad terucap | apapun halal bagimu dan baginya, segala urusan :D

43. perlu saya ingatkan sekali lagi, bagi lelaki | lakukan khitbah-nikah saat sudah siap, bukan menyiapkan diri setelah khitbah-ta’aruf

44. bagi wanita, silahkan pantau yg melamar anda | bila kesiapan belum ada, lebih baik diminta bersiap daripada masalah penuh di belakang

45. apakah kesiapan berarti miliki kerja? | “nafkah bukan syarat nikah, tapi kewajiban setelah nikah” | namun, bagi calon mertua itu penting

46. apakah wanita boleh inisiatif mulai proses khitbah-ta’aruf? | “boleh, laksana Khadijah binti Khuwailid kepada Muhammad bin Abdullah”

47. apakah khitbah perlu perantara ustadz/ustadzah? | “tak harus, boleh sendiri bila mampu dan mau”

48. apakah khitbah boleh lewat sms atau media lain? | “boleh, selama yg dikhitbah bisa pastikan bahwa itu real, merpati pos pun jadi”

49. akhir kalam, khitbah-ta’aruf-nikah bukan coba-coba, bukan pula permainan, niatan hanya Allah yg tahu | semoga dimudahkan menikah :) =-==-=-=-=-=-