Thursday, 9 August 2012

...kala iman tergoda.....


Matahari telah tergelincir. Seorang lelaki terlihat bersegera menuju masjid ketika adzan dzuhur di kumandangkan dari sebuah masjid kampus. Lelaki itu berwudhu dan menunaikan shalat "nawafil". Lalu ia menjadi makmum di shaff terdepan. Shalat wajib ia laksanakan dengan ruku' dan sujud yang sempurna. Setelah shalat tak lupa ia memuji nama Tuhannya dan memanjatkan do'a untuk dir inya, ibu, ayahnya dan untuk Ummat Muhammad shollallahu alaihi wa sallam yang berjihad fii sabilillah. Sebelum menuju kelas untuk kuliah, lelaki itu menyempatkan diri bersalam-salaman dengan beberapa jama'ah lain. Dengan raut wajah yang bersahaja, ia sedekahkan senyum terhadap semua orang yang di temuinya. Ucapan salam pun di tunjukkannya kepada para akhwat yang di temuinya di depan masjid. Lelaki yang bernama Ali itu kemudian segera memasuki ruang kelasnya.
Ia duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku yang berjudul "Langit pun Terguncang". Buku berisi tentang hari akhir itu dibacanya dengan tekun. Sesekali ia mengerutkan dahi dan sesekali ia tersenyum simpul. Ali sangat suka membaca dan menyukai ilmu Allah yang berhubungan dengan hari akhir karena dengan demikian ia dapat membangkitkan rasa cinta akan kampung akhirat dan tidak terlalu cinta pada dunia. Prinsipnya adalah "Bekerja untuk dunia seakan hidup selamanya dan beribadah untuk akhirat seakan mati esok". Sejak tahun belakangan ini, Ali selalu berusaha mencintai akhirat.
Sunnah Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam ia gigit kuat dengan gigi gerahamnya agar tidak terjerumus kepada bid'ah. Ali selalu menyibukkan diri dengan segala Islam. Ia sangat membenci sekularisme karena menurutnya, sekularisme itu tidak masuk akal. Bukankah ummat Islam mengetahui bahwa yang menciptakan adalah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, lalu mengapa mengganti hukum Tuhannya dengan hukum ciptaan dan pandangan manusia? Bukankah yang menciptakan lebih mengetahui keadaan fitrah ciptaannya? Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang menciptakan, maka sudah barang tentu segala sesuatunya tak dapat di pisahkan dari hukum Allah.Katakan yang halal itu halal dan yang haram itu haram, karena pengetahuan yang demikian datangnya dari sisi Allah. Sementara Ali membaca bukunya dengan tekun, dua mahasiswi yang duduk tak jauh dari Ali bercakap-cakap membicarakan Ali. Mereka menyayangkan sekali, Ali yang demikian tampan dan juga pintar, namun belum mempunyai pacar, padahal banyak mahasiswi cantik di kampus ini yang suka padanya. Tapi tampaknya Ali tidak ambil peduli. Sikapnya itu yang membuat para wanita menjadi penasaran dan justru banyak yang ber-tabarruj di hadapanya. Kedua wanita itu terus bercakap-cakap hingga lupa bahwa mereka telah sampai kepada tahap ghibah. Ali memang tak mau ambil pusing tentang urusan wanita karena ia yakin jodoh di tangan Allah. Namun tampaknya iman Ali kali ini benar-benar di uji oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ali menutup bukunya ketika dosen telah masuk kelas. Tampaknya sang dosen tak sendirian, di belakangnya ada seorang mahasiswi yang kelihatan malu-malu memasuki ruang kelas dan segera duduk di sebelah Ali. Ali merasa belum pernah melihat gadis ini sebelumnya. Saat dosen mengabsen satu persatu, tahulah Ali bahwa gadis itu bernama Nisa. Tanpa sengaja Ali memandang Nisa. Jantungnya berdegub keras. Bukan lantaran suka, tapi karena Ali selalu menundukkan pandangan pada semua wanita, sesuai perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Qur'an dan Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam dalam Hadits. "Astaghfirullah ... !", Ali beristighfar. Pandangan pertama adalah anugerah atau lampu hijau, pandangan kedua adalah lampu kuning. Ketiga adalah lampu merah. Ali sangat khawatir bila dari mata turun ke hati karena pandangan mata adalah panah-panah iblis. * * * Pada pertemuan kuliah selanjutnya, Nisa yang sering duduk di sebelah Ali, kian merasa aneh karena Ali tak pernah menatapnya kala bicara. Ia lalu menanyakan hal itu kepada Utsman teman dekat Ali. Mendengar penjelasan Utsman, tumbuh rasa kagum Nisa pada Ali. "Aku akan tundukkan pandangan seperti Ali", tekad Nisa dalam hati. Hari demi hari Nisa mendekati Ali. Ia banyak bertanya tentang ilmu agama kepada Ali. Karena menganggap Nisa adalah ladang da'wah yang potensial. Ali menanggapi dengan senang hati. Hari berlalu ... tanpa sengaja Ali memandang Nisa. Ada bisikan yang berkata, "Sudahlah pandang saja, toh Nisa itu tidak terlalu cantik ... Jadi mana mungkin kamu jatuh hati pada gadis seperti itu" Namun bisikan lain muncul, "Tundukkan pandanganmu ingat Allah! Cantik atau tidak, dia tetaplah wanita" Ali gundah. "Kurasa, jika memandang Nisa, tak membangkitkan syahwat, jadi mana mungkin mata, pikiran dan hatiku ini berzina". Sejak itu, Ali terus menjawab pertanyaan-pertanyaan Nisa tentang agama, tanpa 'ghadhul bashar' karena Ali menganggap Nisa sudah seperti adik ..., hanya adik. Ali dan Nisa kian dekat. Banyak hal yang mereka diskusikan. Masalah ummat maupun masalah agama bahkan terlalu dekat ... Hampir setiap hari, Ali dapat dengan bebas memandang Nisa. Hari demi hari, minggu demi minggu tanpa disadarinya, ia hanya memandang satu wanita, Nisa! Kala Nisa tak ada, terasa ada yang hilang. Tak ada teman diskusi agama ..., tak ada teman bicara dengan tawa yang renyah ..., tak ada ..., wanita. DEG!!! Jantung Ali berdebar keras, bukan karena takut melanggar perintah Allah, namun karena ada yang berdesir di dalam hati ... karena ia ... mencintai Nisa. Bisikan-bisikan itu kadang kembali ... "Jangan biarkan perasaan ini tumbuh berkembang. Cegahlah sebisamu! Jangan sampai kamu terjerumus zina hati ... ! Cintamu bukan karena Allah, tapi karena syahwat semata". Tapi bisikan lain berkata, "Cinta ini indah bukan? Memang indah! Sayang loh ... jika masa muda di lewatkan dengan ibadah saja. Kapan lagi kamu dapat melewati masa kampus dengan manis. Lagi pula jika kamu pacaran khan secara sehat, secara Islami ... 'Tul nggak!". Ali mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mana ada pacaran Islami, bahkan hatimu akan berzina dengan hubungan itu. Matamu juga berzina karena memandangnya dengan syahwat. Hubungan yang halal hanyalah pernikahan. 5 Agustus pukul 1:10 melalui seluler · Suka At-tafkiir.blogspot.com Lain itu tidak!!! Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah untuk mengubur zina?", bisikan yang pertama terdengar lagi. Terdengar lagi bisikan yang lain, "Terlalu banyak aturan! Begini zina, begitu zina. Jika langsung menikah, bagaimana bila tidak cocok? Bukankah harus ada penjajakan dulu agar saling mengenal! Apalah lagi kamu baru kuliah tingkat satu. Nikah susah!". Terdengar bantahan, "Benci karena Allah, cinta karena Allah. Jika pernikahanmu karena Allah, Insya Allah. Dia akan ridho padamu, dan akan sakinah sekeluargamu. Percayalah pada Tuhan penciptamu! Allah telah tentukan jodohmu. Contohlah Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam, hubungan beliau dengan wanita hanya pernikahan". Bisikan lain berkata. "Bla ... bla ..., Ali ... masa muda ..., jangan sampai di lewatkan, sayang loh ... !". Ali berfikir keras. Kali ini imannya benar-benar di landa godaan hebat. Syeitan telah berhasil membujuknya dengan perangkapnya yang selalu sukses sepanjang zaman, yaitu wanita. Ali mengangkat gagang telepon. Jari-jarinya bergetar menekan nomor telepon Nisa. "Aah ..., aku tidak berani." Ali menutup telepon. Bisikan itu datang lagi, "Menyatakannya, lewat surat saja, supaya romantis ... !" "Aha! Benar!" Ali mengambil selembar kertas dan menuliskan isi hatinya. Ia berencana akan menitipkannya pada teman dekat Nisa. Jantung Ali berdebar ketika dari kejauhan ia melihat Nisa terlihat menerima surat dari temannya dan membaca surat itu. * * * Esoknya, Utsman mengantarkan surat balasan dari Nisa untuk Ali, sembari berkata, "Nisa hari ini sudah pakai jilbab, dia jadi cantik loh ... sudah jadi akhwat!". Ali terkejut mendengarnya, namun rasa penasarannya membuatnya lebih memilih untuk membaca surat itu terlebih dahulu daripada merenungi ucapan Utsman tadi. Ali membaca surat itu dengan sungguh-sungguh. Ia benar-benar tak menyangka akan penolakan yang bersahaja namun cukup membuatnya merasa di tampar keras. Nisa menuliskan beberapa ayat dari Al-Qur'an, isinya: "Katakan kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". [QS. An-Nuur : 30] "Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati". [QS. Al-Mu'minuun : 19] Ali menghela nafas panjang ... Astaghfirullah ... Astaghfirullah ... Hanya ucapan istighfar yang keluar dari bibirnya. Pandangan khianatku sungguh terlarang. Memandang wanita yang bukan muhrim. Ya Allah ... kami dengar dan kami taat. Astagfirullah ... [SOA]

No comments: