Bangsa Indonesia ini sering aneh tingkah-lakunya… Sering terbolak-balik
dalam bersikap; hanya mengikuti isu-isu media massa; tanpa pendirian
yang jelas terhadap segala sesuatu. Sayang sekali…
Banyak masyarakat di Indonesia beramai-ramai mendukung pembangunan
rencana gedung KPK, termasuk dengan menggelar aksi “saweran” atau
mengumpulkan “koin untuk gedung KPK”. Intinya, masyarakat marah dengan
anggota DPR yang belum meloloskan anggaran gedung KPK senilai Rp. 225
miliar. (Contoh, baca artikel ini: Anggaran Gedung Baru KPK Tidak Disetujui).
Mari kita lihat masalahnya…
[1]. Oke, kita semua sepakat, langkah KPK untuk pemberantasan korupsi, harus didukung sepenuhnya. Untuk ini tak ada masalah.
[2]. Kalau KPK memang butuh gedung baru, dan hal itu benar-benar
sangat dibutuhkan, untuk suksesnya pemberantasan korupsi; mestinya
anggota DPR mendukung rencana tersebut. Bukan malah menghambat.
[3]. Adanya gerakan-gerakan masyarakat untuk mendukung langkah
KPK, misalnya dengan gerakan pengumpulan “koin gedung KPK” menunjukkan
bahwa masyarakat masih peduli dengan nasib bangsanya yang selalu
digerogoti korupsi. Hal ini mencerminkan sikap heroisme yang lumayan.
Sampai disini belum ada masalah, tapi…
[4]. Kita sangat heran dengan anggaran yang dibutuhkan untuk
membangun gedung KPK itu. Mengapa anggarannya besar sekali sampai Rp.
228 miliar? Untuk apa saja anggaran sebesar itu? Apakah semua ini bukan
pemborosan semata? KPK sebenarnya mau memberantas korupsi atau mau
piknik ke hotel?
[5]. Anda masih ingat ketika DPR melakukan pembangunan gedung
Banggar beberapa waktu lalu? Ketika itu banyak sekali media menyorot
besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk membeli kursi dari Jerman,
untuk membeli lampu-lampu, untuk perbaikan atap, untuk perbaikan
toilet, untuk perbaikan interior, dll. Padahal anggaran yang dipakai
disana sekitar Rp. 20 miliar. Itu hanya 1/10 dari anggaran gedung KPK.
[6]. Kalau mau adil, anggaran gedung baru DPR sampai mencapai
Rp. 1,16 triliun. Tetapi gedung itu dipakai untuk sekitar 450 anggota
DPR, para staf anggota DPR, staf gedung DPR, dll. Sementara untuk
gedung KPK dananya 1/5 anggaran gedung DPR, padahal gedung itu “hanya”
dipakai untuk 7 orang anggota KPK dan anak buahnya yang jauh lebih
sedikit dari anggota DPR.
Jadi…
Disini tampak begitu tidak berdaya otak masyarakat…mereka diperalat
oleh isu-isu murahan yang menyesatkan. Kalau kita marah dengan anggaran
DPR yang kelewat besar, mestinya marah juga kepada orang-orang KPK
itu. Mereka itu mau apa sebenarnya? Mau berantas korupsi atau mau
seneng-seneng “di hotel” dengan nama Gedung KPK?
Coba deh Anda bayangkan…uang Rp. 225 miliar itu sedikit apa banyak?
Dengan dana sebesar itu, ia bisa membuat 225 ruangan dengan fasilitas
mewah. Nanti kalau KPK kurang uang, ruang-ruang itu bisa disewakan
layaknya “hotel berbintang”. Lumayan buat nambah-nambah beli kopi, gula,
dan gorengan.
Ini orang mau berantas korupsi atau mau seneng-seneng? Dasar lebay…
Kalau mau berantas korupsi, tinggal di kolong jembatan pun tak masalah.
Itu kalau mereka benar-benar berjiwa pahlawan. Kecuali kalau para
pemberantas korupsi itu bermental selebritis…senengnya fasilitas
sekelas hotel berbintang. Aneh…
Yak begitu deh…
Mine.
No comments:
Post a Comment