Syabab.Com - Hampir setiap hari perilaku menyimpang remaja diberitakan media. Seks bebas, geng motor anarkisme, bulliying, tawuran, konsumsi narkoba, kecanduan ngelem, merampok, menjambret, mencuri, memperkosa, membunuh bahkan menjual remaja lain untuk tujuan prostitusi. Ada apa dengan remaja kita?
Penerapan Sistem yang Salah?
Diakui atau tidak, Indonesia adalah pengadopsi sitem kapitalis. Sistem ini mendoktrin warganya bebas beraqidah, berperilaku, berpendapat dan memiliki harta. Inilah yang mendasari penerapan konsep hak asasi manusia. Akibatnya semua orang termasuk remaja merasa berhak berbuat apapun, tak peduli orang lain terganggu dengan ulahnya. Perbuatan-perbuatan asusilapun sudah dianggap biasa, karena yang lain juga melakukannya. Negarapun tidak memberikan perhatian yang signifikan terhadap hal tersebut.
Kebebasan aqidah telah teraplikasi dalam bentuk sekulerisme. Sistem pendidikan Indonesia terwarnai dengan faham ini. Pendidikan agama yang seharusnya terintegral dengan pelajaran lain, juga perilaku dalam ruang lingkup sekolah, tidak nampak dalam kurikulum pendidikan. Banyak guru yang tak bisa dijadikan contoh sebagai orang taat beragama, sehingga muridnyapun banyak yang meniru.
Agama hanya dijadikan formalitas belaka, tidak ada upaya dari fihak terkait dalam pendidikan untuk memahamkan kepada anak didik, sehingga berpengaruh dalam perilaku kesehariannya. Dengan demikian sistem pendidikan telah gagal untuk memproduksi sumber daya manusia yang berkualitas, yang tidak sekedar IQ-nya yang tinggi tapi juga memiliki iman yang kuat dalam kehidupannya.
Hal tersebut diperparah dengan kurikulum pelajaran yang berjibun dan tidak aplikatif, karena tidak sesuai dengan psikologi perkembangan anak. Akibatnya orientasi pendidikan berubah dari mencari ilmu ke sekedar mencari nilai. Pelajaran hanya sekadar dihafal dan untuk dilupakan kembali setelah mendapatkan nilai dalam ulangan atau ujian, sehingga otomatis tidak mewarnai jati diri para remaja.
Kebebasan berperilaku juga telah menjadikan para remaja terjatuh dalam kubangan permisifisme dan hedonisme. Fun, food and fashion, telah menjadi orientasi hidup para remaja. Pintar tidak penting, yang penting banyak uangnya. Mendapatkan kekayaan secara instan akhirnya menjadi tujuan hidup mereka. Maka tidak aneh, dalam sebuah ajang pencarian bakat bernyanyi, 150 ribu lebih remaja ikut antre. Kebanyakan ingin jadi artis, karena bisa mendapatkan kekayaan dalam waktu singkat.
Kasus lain yang terjadi, ada remaja yang nekat merampok karena ingin membeli motor. Ada pula yang nekat membunuh karena mengincar sepeda yang diidamkannya. Menjadi mucikari untuk teman remajanya demi mendapatkan rupiah juga sering dilakukan para remaja. ‘Kupu-kupu mungil’ , dengan menjajakan diri ke laki-laki dewasa acapkali dilakukan remaja, dengan harapan bisa membeli hp dan baju yang bagus, juga makan di restoran yang mahal.
Akses internet yang sangat bebas termasuk situs pornografi turut andil dalam perilaku menyimpang remaja. Hasil Survei KPAI yang dirilis Mei 2010, sebanyak 97% siswa SMP dan SMA pernah menonton atau mengakses situs pornografi. Dampaknya sebanyak 92,7% responden mengakui pernah melakukan aktivitas mengarah seksual berupa ciuman, bercumbu dan seks oral. Sebanyak 62 %dari 4.500 responden tersebut mengaku pernah melakukan hubungan badan dan sisanya 21,2 % yang merupakan siswi SMA pernah melakukan pengguguran kandungan.
Negara seolah menutup mata dengan fakta tetrsebut, karena situs pornografi sampai sekarang masih bisa diakses dengan mudah. Sanksi yang bikin jera kepada pelaku asusila juga tidak diberikan oleh negara. Akibatnya, negara akan kehilangan sumber daya manusia yang mumpuni di masa mendatang karena para remajanya telah rusak. Dus, bagaimana negeri ini bisa mandiri dan bersaing dengan negara lain? Perlu sistem pengganti untuk menuntaskan permasalahan tersebut.
Sistem Islam Solusi Tuntas
Islam telah memiliki sistem yang sempurna untuk mengatur kehidupan manusia termasuk remaja. Semua subsistem terintegral dalam kesamaan visi untuk taat kepada Allah SWT, Sang Pencipta manusia, kehidupan dan alam semesta yang disediakan untuk manusia.
Sistem pendidikanpun mendukung visi tersebut. Sekolah merupakan ajang untuk mendapatkan ilmu untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Anak didikpun dibekali pemahaman Islan yang kuat untuk kehidupannya, sehingga ketika mereka terjun ke masyarakat, halal dan haram otomatis akan menjadi landasan beraktifitasnya. Maka, perilaku yang menyimpang tidak akan teraplikasi dalam kehidupan.
Negarapun akan mengeliminir fasilitas-fasilitas yang bisa mengakibatkan perilaku menyimpang remaja, semacam situs pornografi, tempat-tempat nongkrong remaja atau rumah-rumah dugem.
Negara juga akan memberikan hukuman yang tegas terhadap perilaku menyimpang, karena Islam juga memiliki sistem sanksi yang jelas dan adil. Dus, sudah semestinya sistem kapitalis yang penuh dengan kerusakan diganti dengan sistem Islam yang penuh dengan keharmonisan. Tunggu apa lagi? [htipress/syabab.com]
*) Penulis adalah aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
No comments:
Post a Comment